Perkembangan teknologi yang saat ini sedang digemari oleh para remaja adalah gadget. Gadget sendiri berasal dari bahasa Inggris, yang artinya perangkat elektronik kecil dan memiliki fungsi khusus. Hampir semua remaja saat ini memiliki gadget yang mereka gunakan dalam kehidupan sehari-harinya. Melihat besarnya minat remaja terhadap gadget dan besarnya manfaat perkembangan teknologi membawa dampak negatif seperti kecanduan gadget. Kecanduan gadget dapat berdampak negatif bagi perkembangan dan pertumbuhan remaja.
Remaja yang kecanduan gadget akan asyik dengan dirinya sendiri sehingga mengabaikan lingkungan sekitar bahkan dapat mengabaikan jam tidur dan menurunkan prestasi belajar. Durasi waktu harian yang dihabiskan hanya untuk menatap layar gadget disebut screen-time. Rekomendasi screen-time yang baik bagi remaja sebanyak 2 jam/hari. Rekomendasi yang ada ternyata tidak sesuai dengan kebiasaan remaja pada umunya.
Dalam jurnal penelitian JAMA Pediatrics, dilansir dari Fox News, bahwa penggunaan layar meningkat menjadi 7,7 jam per hari dari perkiraan pra-pandemi 3,8 per hari. Berdasarkan data dari studi Adolescent Brain Cognitive Development (ABCD), ada lebih dari 5.400 remaja yang didominasi oleh usia 12-13 tahun yang melaporkan sendiri penggunaan layar selama hari-hari biasa dari 2016 hingga Mei 2020. Sedangkan dalam penelitian Jurnal Gizi Universitas Negeri Surabaya yang dilakukan oleh siswa/siswi kelas Xl SMAN 1 Bojonegoro pada tahun 2021, didapatkan data durasi rata-rata screen-time pada siswa laki-laki sejumlah 8,67 jam. Sementara rata-rata screen-time pada siswi perempuan diperoleh lebih tinggi yaitu 10 jam. Sehingga, rata-rata screen-time total adalah 9,33 jam perhari.
Sisi negatif lainnya dari pengguanaan gadget yang berlebihan pada remaja adalah status gizi. Screen-time yang tinggi dan didukung dengan tingkat aktivitas fisik rendah, membuat pola makan menjadi kurang sesuai sehingga dalam jangka panjang dapat mempengaruhi status gizi. Bermain gadget merupakan salah satu bentuk aktifitas fisik tidak aktif atau bisa diebut sedentary lifestyle. Sedentary lifestyle dapat meningkatkan asupan kalori rendah zat gizi selama penggunaan gadget. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian di Brazil pada remaja usia 11--14 tahun ditemukan bahwa tingginya screen-time berkaitan dengan peningkatan berat badan dan pola makan yang tidak sehat.
Obesitas merupakan salah satu dampak dari sedentary lifestyle. Pada tahun 2010 prevalensi obesitas pada remaja usia 13-15 tahun di Indonesia adalah 2,5%. Pada tahun 2013, angka tersebut tidak berubah dan tetap berada pada angka 2,5%. Padahal pemerintah telah mencanangkan beberapa program untuk menanggulangi masalah obesitas. Salah satunya adalah program gizi seimbang. Namun ternyata, memasuki era digitalisasi, remaja cenderung bergaya hidup sedentary lifestyle. Mayoritas remaja difasilitasi dengan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi yang kemudian mengurangi frekuensi mereka dalam berjalan kaki. Ditambah dengan tersedianya alat-alat elektronik seperti gadget, video game, dan televisi yang menyebabkan aktivitas fisik mereka semakin minim. Berbagai kemudahan tersebut menyebabkan para remaja seolah tidak memiliki kesempatan untuk bergerak, sehingga aktivitas fisik mereka semakin rendah dan akan berimbas pada peningkatan IMT (Indeks Massa Tubuh).
Aktivitas fisik memberi peran penting dalam pengeluaran energi karena 20-50% energi dikeluarkan dengan aktivitas fisik. Kurang aktivitas fisik menyebabkan kelebihan energi yang akan disimpan dalam bentuk jaringan lemak sehingga menyebabkan obesitas. Penelitian di Manado menemukan bahwa remaja SMP yang beraktivitas ringan memiliki risiko 6,59 kali menjadi obesitas. Oleh karena itu, sebaiknya remaja membatasi sedentary lifestyle mereka maksimum 5 jam (300 menit) per hari. Selain itu, sebaiknya remaja membiasakan diri berolahraga yang dimulai dengan intensitas rendah hingga sedang untuk mencegah obesitas.
Penulis : Yasmine Alida Afrizah
Mahasiswa Universitas Airlangga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H