Lihat ke Halaman Asli

yasmine af

Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hubungan Membaca dengan Ilmu Penerjemahan

Diperbarui: 22 Desember 2019   15:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Mahasiswa harus memiliki sikap rajin membaca dan harus menyukai buku. Hal ini dikarenakan mahasiswa harus lebih mencari ilmu daripada dicekoki ilmu, tidak seperti siswa.

Untuk menghasilkan terjemahan yang berkualitas, seorang penerjemah harus memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan ini terkait dengan sejumlah kompetensi yang harus dimilkkinya, sehingga proses penerjemahan sebagai dwitindak komunikasi yang kompleks ini dapat menghadirkan terjemahan yang berterima. Kompleksitas permasalahan tidak sekedar berkenaan dengan adanya dua system yang berbeda, tetapi juga berhubungan dengan adanya perbedaan budaya yang melatari atau mempelajari keduanya. Karena itu, seorang penerjemah sejatinya tidak saja memiliki kompetensi bahasa, tetapi juga kompetensi budaya.

Secara lebih gambling, kompetensi-kompetensi dasar yang harus dimiliki seorang penerjemah. Kompetensi kebahasaan terkait dengan penguasaan bahasa sumber dan bahasa target. Penerjemah harus memahami aspek-aspek linguistik dua bahasa sekaligus. Dengan begitu, penerjemah dapat melakukan analisis sintagmatik dengan mengidentifikasi relasi setiap kata dalam kalimat. (Al Farisi, 2014)

Kompotensi kebahasaan dapat dimatangkan dengan pembiasaan. Bahasa adalah kebiasaan. Meminjam terminology behaviorisme, bahasa adalah verbal behavior 'perilaku verbal'. Seperti halnya perilaku yang lain, perilaku berbahasa, termasuk menerjemah, juga memerlukan pembiasaan. "Kita adalah apa yang kita kerjakan berulang-ulang" ujar Aristoteles. (Al Farisi, 2014)

Pada dasarnya, penerjemahan melakukan upaya mengalihkan amanat dari bahasa sumber ke dalam bahasa target dengan cara menemukan ekuivalensi yang memiliki struktur sematik yang sepadan. Bisa dikatakan, penerjemahan merupakan dwitindak komunikasi yang kompleks, yang mensyaratkan adanya dua kode yang berbeda (bahasa sumber dan bahasa target).  Penerjemahan biasanya melewati tiga tahapan. Pertama, tahapan analisis sebagai upaya memahami makna teks sumber melalui telaah linguistik. Kedua, proses penerjemahan menurut Larson meliputi tahap pemahaman terhadap makna leksikal, struktur gramatikal, situasi dan konteks budaya dari teks bahasa sumber, tahap penganalisisan teks tersebut untuk menentukan maknanya, dan tahap rekonstruksi makna tersebut dengan menggunakan leksikon dan struktur gramatikal yang sesuai dalam bahasa sasaran. (Larson, 1984)

Bisa dikatakan bahwa proses penerjemahan berlangsung melalui beberapa tahap berikut, yaitu (1) memahami amanat teks sumber, (2) mencari padaan atau ekuivalensi yang paling mendekati dalam bahasa target, (3) merekonstruksi pesan, gagasan, dan pemikiran penulis teks sumber kedalam bahasa target, (4) mereview hasil terjemahan seraya melakukan berbagai perbaikan dan penyesuaian sampai terjemahan benar-benar mencerminkan amanat seperti yang termaktub dalam teks sumber. (Al Farisi, 2014)

Manfaat membaca dalam ilmu penerjemahan yaitu, seorang penerjemah harus terlebih dahulu dapat memahami suatu bacaan. Karena setiap kata atau kalimat yang salah atau tidak benar, itu akan berakibat yang sangat buruk bagi seorang penerjemah. Membaca kritis misalnya, membaca kritis adalah membaca untuk memahami isi bacaan secara rasional kritis, mendalam, disertai keterlibatan fikiran untuk menganalisis bacaan. Tujuan membaca kritis yaitu menentukan serta memahami maksud dan tujuan penulis dalam tulisannya, dan mencari serta mendapatkan maksud tersembunyi dari penulis. Jadi, penting sekali bagi seorang penerjemah untuk memahami jenis-jenis membaca.

Membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Dalam hal ini, membaca suatu usaha untuk menelusuri makna yang ada dalam tulisan. Sedangkan penerjemah adalah kegiatan mengalihkan teks dari bahasa sumber ke dalam bahasan sasaran dengan menggunakan aturan yang berlaku dalam bahasa sasaran tanpa mengubah makna yang terdapat pada bahasa sumber.

Setiap orang yang ingin menjadi penerjemah ia harus mampu memiliki kemampuan mempelajari dan menguasai bacaan tersebut. Mengapa demikian? Karena apabila ingin menerjemahkan sebuah buku atau yang lainnya, jika kita tidak membaca apa yang akan diterjemahkan pada buku tersebut. Pada dasarnya membaca bertujuan untuk mencari dan memahami makna atau arti melalui bacaan. Alasan lainnya, kegiatan menerjemahkan tidak terlepas dari membaca, selain itu membaca juga merupakan kegiatan yang tidak dapat dihindari dari pembelajaran bahasa lain (asing). Namun, tidak semua orang mahir dalam mempelajari sekaligus memahami ilmu penerjemahan tersebut. Biasanya cara yang mudah, untuk mudah memahami suatu bacaan bagi seorang penerjemah adalah dengan sering membaca agar mereka dapat memahami bacaan tersebut.

Dari kesimpulan di atas, dapat kita pahami betapa pentingnya membaca dalam ilmu penerjemahan. Dan ilmu penerjemahan tidak dapat dipahami tanya adanya membaca. Karena pada dasarnya membaca merupakan suatu usaha untuk menelusuri makna yang ada dalam tulisan.

DAFTAR RUJUKAN

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline