Setiap orang pernah gagal ketika menjalani proses untuk sukses. Sukses itu bermacam-macam dengan segala prosesnya, seperti: Sukses dalam pendidikan, sukses dalam pekerjaan, sukses dalam membangun keluarga dan sebagainya. Namun dalam proses menuju sukses itu, seringkali mendorong pikiran untuk depresi, stress, dan frustasi karena takut diejek, ditertawakan ataupun diasingkan. Semua hal itu terjadi bukan karena kebetulan, sudah menjadi bagian dari hidup dan perlu dijalani dengan sabar, tekun, pantang menyerah dan penuh keoptimisan. Saya pernah mengalami hal yang sama. Saya dua kali mengalami kegagalan dalam pendidikan.
Saya pernah Kuliah di Padangsidimpuan di Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan (UMTS) pada Juli 2018, hanya berjalan dua tahun dan gagal ditengah jalan karena berbagai hal. Karena Covid-19 dan Karena Biaya kurang dari orang tua maka saya berhenti. Setelah Kegagalan yang pertama, saya melanjutkan pendidikan Ke Seminari Aek Tolang Pandan, tempat para calon Imam katolik dididik dan dibina pada juli 2020. karena kesehatan saya tidak mencukupi sebagai syarat untuk melanjut kejenjang berikutnya, saya diberi kesempatan untuk berobat. satu tahun berobat tidak kunjung sembuh, saya memutuskan untuk tidak melanjutkan lagi kesana. akhirnya saya mengambil tekad melanjut ke perguruan tinggi katolik, yakni di Sekolah Tinggi Pastoral Dian Mandala Gunungsitoli untuk melanjut kesana pada juli tahun 2022. hingga sampai saat ini tahun 2024, proses pendidikan di STP DM masih saya jalani.
Bagi saya Proses ini membentuk diri saya. Banyak pengalaman yang saya ambil darinya. Karena itu saya menerima semua itu beserta proses yang sedang saya jalankan saat ini. Oleh sebab itu jangan takut bila ada kegagalan karena darinya kita telah menemukan benih-benih kesuksesan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H