Lihat ke Halaman Asli

YASIR

MAHASISWA

Parenting Positif, Mengapa Memarahi Anak Bisa Menghambat Perkembangan Mereka

Diperbarui: 2 Januari 2025   14:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gambar dari: chatgpt.com

Di Indonesia, kebiasaan orang tua memarahi anak masih sering terjadi. Pola asuh ini bahkan dianggap hal yang lumrah dan sudah menjadi tradisi turun-temurun. Orang tua memarahi anak dengan harapan anak menjadi disiplin, patuh, dan mengerti kesalahannya. Namun, apakah metode ini benar-benar efektif, atau justru menimbulkan dampak buruk pada mental anak?

Dampak Negatif Memarahi Anak

Memarahi anak, terutama dengan nada tinggi atau disertai ancaman, sering kali tidak memberikan efek positif jangka panjang. Sebaliknya, berikut adalah beberapa dampak negatif yang dapat terjadi pada anak:

  1. Rasa Takut Melakukan KesalahanAnak yang sering dimarahi cenderung takut untuk mencoba hal baru atau mengambil risiko karena khawatir dimarahi jika melakukan kesalahan. Akibatnya, anak menjadi kurang kreatif dan enggan bereksplorasi.

  2. Kepercayaan Diri yang MenurunKetika anak terus-menerus dimarahi, mereka bisa merasa bahwa dirinya tidak cukup baik atau selalu salah. Hal ini dapat menurunkan rasa percaya diri mereka, yang pada akhirnya memengaruhi kemampuan mereka untuk bersosialisasi dan berkembang.

  3. Respon Emosional yang Tidak Sehat  Anak yang sering dimarahi bisa menunjukkan berbagai reaksi emosional, seperti menangis, menjadi pendiam, atau bahkan melawan. Dalam jangka panjang, anak mungkin menyimpan rasa sakit hati atau kebencian terhadap orang tua.

  4. Trauma dan StresPola asuh yang penuh dengan kemarahan dapat menyebabkan trauma emosional. Anak yang terus-menerus hidup dalam ketakutan berisiko mengalami stres kronis, yang dapat berdampak buruk pada kesehatan mental mereka di masa dewasa.

Mengapa Tradisi Ini Masih Dilakukan?

Ada beberapa alasan mengapa kebiasaan memarahi anak masih dipertahankan di banyak keluarga di Indonesia:

  1. Warisan Pola Asuh TradisionalBanyak orang tua mempraktikkan metode yang sama seperti yang mereka alami semasa kecil. Mereka berpikir bahwa dimarahi adalah bagian penting dari mendidik anak.

  2. Kurangnya Pengetahuan tentang Pola Asuh PositifTidak semua orang tua memahami bahwa ada cara lain untuk mendisiplinkan anak tanpa menggunakan kemarahan. Edukasi tentang pola asuh modern belum merata.

  3. Tekanan Ekonomi dan SosialOrang tua yang hidup dalam tekanan ekonomi dan sosial sering kali tidak memiliki kesabaran yang cukup untuk menangani anak dengan tenang. Kemarahan menjadi pelampiasan emosi mereka.

Alternatif Pendekatan yang Lebih Positif

Alih-alih memarahi anak, orang tua dapat mencoba pendekatan yang lebih positif untuk mendidik dan mendisiplinkan mereka:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline