Lihat ke Halaman Asli

YASIR

MAHASISWA

indonesia dalam ancaman intoleransi, apa yang salah dengan pola pikir kita?

Diperbarui: 25 Desember 2024   15:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar dari: you tube Surabaya Mengaji

Indonesia dikenal sebagai negara dengan keberagaman yang luar biasa, dari segi budaya, agama, hingga suku bangsa. Prinsip Bhinneka Tunggal Ika menjadi landasan kokoh bagi harmoni di tengah perbedaan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, ancaman intoleransi semakin nyata. Pola pikir yang sempit dan tekstual kerap menggerus semangat keberagaman ini.

Salah satu contoh nyata adalah sikap menolak transaksi bisnis atau interaksi sosial dengan alasan perbedaan agama, seperti tidak mau menerima pesanan untuk acara gereja atau Natal. Apakah ini sejalan dengan ajaran agama yang mengajarkan kasih sayang dan kemanusiaan? Ataukah kita telah terjebak dalam pola pikir yang salah dan merugikan diri sendiri?

1. Ketidaksesuaian dengan Nilai Dasar Keagamaan

Sebagai bangsa yang mayoritas penduduknya beragama Islam, penting untuk kembali pada ajaran dasar agama. Dalam QS. Al-Mumtahanah: 8, Allah berfirman bahwa kita diperintahkan untuk berbuat baik dan berlaku adil kepada siapa saja, selama mereka tidak memerangi kita. Ayat ini menunjukkan bahwa interaksi sosial dan saling membantu tidak dilarang, bahkan dianjurkan, selama tidak melanggar prinsip-prinsip agama.

Namun, sikap menolak pesanan atau melarang interaksi bisnis karena alasan perbedaan agama lebih sering didasarkan pada interpretasi yang dangkal atau kekhawatiran berlebihan, bukan pada esensi ajaran Islam yang sesungguhnya. Nabi Muhammad SAW sendiri adalah contoh toleransi dalam bermasyarakat. Beliau menerima hadiah dari non-Muslim dan bahkan bekerja sama dengan mereka dalam urusan perdagangan.

2. Dampak Intoleransi bagi Indonesia

Hilangnya Harmoni Sosial

Intoleransi tidak hanya menciptakan jarak antaragama, tetapi juga memicu ketegangan yang dapat berujung pada konflik. Contoh konflik antaragama di Ambon dan Poso pada masa lalu seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi kita.

Kerugian Ekonomi

Penolakan transaksi karena perbedaan agama merugikan pelaku usaha secara langsung. Selain kehilangan pelanggan, sikap ini menciptakan citra buruk tentang profesionalisme dunia bisnis di Indonesia.

Merosotnya Citra Indonesia di Dunia

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline