Lihat ke Halaman Asli

YASIR

MAHASISWA

Membangun Generasi Berpikir: Dimulai dari Orang Tua Bukan Sekolah

Diperbarui: 4 Desember 2024   15:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari: chatgpt.com (AI)

Indonesia menghadapi tantangan serius dalam hal literasi, terutama literasi kritis. Data menunjukkan bahwa tingkat literasi Indonesia berada di peringkat bawah dunia, bahkan di bawah Vietnam yang menempati posisi atas dalam hal literasi. Literasi tidak hanya berarti kemampuan membaca, tetapi juga meliputi kemampuan memahami, menganalisis, dan memproses informasi untuk berpikir kritis.

Sayangnya, pola asuh di banyak keluarga Indonesia sering kali menjadi penghambat berkembangnya kemampuan berpikir kritis anak. Banyak orang tua yang masih mengadopsi pendekatan otoriter, memberikan jawaban praktis tanpa memotivasi anak untuk bertanya atau mencari solusi sendiri. Pola asuh semacam ini menciptakan generasi yang pasif, takut gagal, dan enggan belajar.

Pentingnya Literasi Kritis

Literasi kritis adalah kemampuan untuk memahami konteks, memproses informasi secara mendalam, dan mengajukan pertanyaan. Sayangnya, kebiasaan ini jarang diterapkan di rumah. Anak-anak yang tidak terbiasa berpikir kritis cenderung tumbuh menjadi individu yang hanya mengikuti arus tanpa kemampuan untuk mengevaluasi atau mengambil keputusan berdasarkan penilaian yang matang.

Di negara-negara seperti Vietnam, pendekatan pendidikan lebih berfokus pada membangun kemampuan berpikir analitis dan bertanya. Anak-anak diajak untuk memahami konsep, bukan hanya menghafal. Ini adalah sesuatu yang harus kita tiru, dan peran orang tua sangat penting dalam membangun fondasi ini.

Peran Pendidikan Parenting

Pendidikan parenting sangat dibutuhkan untuk mengajarkan orang tua bagaimana mendorong anak agar lebih kritis dan mandiri. Berikut adalah beberapa hal yang perlu dilakukan oleh orang tua:

1. Dorong Anak untuk Bertanya
Alih-alih memberikan jawaban langsung, ajak anak untuk memikirkan solusi. Misalnya, ketika anak menghadapi masalah, tanyakan, “Menurut kamu, apa yang bisa dilakukan?” atau “Kenapa ini terjadi?”

2. Jangan Takut pada Kegagalan
Kegagalan adalah bagian dari proses belajar. Orang tua sering kali terlalu melindungi anak sehingga mereka tidak mengalami kegagalan. Padahal, kegagalan adalah momen penting untuk belajar dan berkembang.

3. Hindari Pola Asuh Otoriter
Berikan ruang bagi anak untuk mengutarakan pendapatnya. Ketika anak terbiasa didengarkan, ia akan merasa lebih percaya diri dalam berpikir dan berbicara.

4. Tingkatkan Minat Membaca dan Diskusi
Literasi kritis juga bisa ditingkatkan melalui kebiasaan membaca dan berdiskusi. Pilih bacaan yang sesuai dengan usia anak dan ajak mereka mendiskusikan isi buku tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline