Kesadaran masyarakat dalam menjalankan ajaran agama seringkali menjadi perhatian serius, terutama di Indonesia yang mayoritas penduduknya memeluk Islam. Namun, ada masalah mendasar: sebagian besar masyarakat tampaknya menjalankan ajaran agama tanpa mendalami alasan di balik perintah tersebut. Mereka mematuhi Alquran dan hadis secara literal tanpa pemahaman yang mendalam atau logis. Hal ini menyebabkan beberapa perilaku yang justru bertentangan dengan esensi ajaran agama Islam itu sendiri.
Mengabaikan Logika dalam Memahami Agama
Dalam banyak kasus, ajaran agama sering diterapkan secara kaku, tanpa memahami konteks atau tujuan dari perintah tersebut. Sebagai contoh, hadis yang mengajarkan pentingnya mendidik anak sering kali disalahpahami oleh sebagian orang tua. Mereka menganggap mendidik anak berarti memantau segala aspek kehidupan anak, bahkan hingga mencampuri urusan pribadi seperti terus-menerus memeriksa ponsel atau kamar anak.
Padahal, Islam menekankan pentingnya mendidik anak dengan penuh kasih sayang, menghormati hak-hak mereka, termasuk privasi. Ketika pengawasan berubah menjadi kontrol berlebihan, hal ini justru bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Orang tua seharusnya memahami bahwa membangun kepercayaan adalah bagian penting dalam mendidik anak, bukan hanya sekadar mengawasi.
Ketaatan yang Dilandasi Kecintaan kepada Allah
Islam mengajarkan bahwa ibadah harus didasarkan pada cinta kepada Allah. Ketaatan tanpa pemahaman atau cinta hanya menghasilkan rutinitas kosong yang tidak menyentuh hati. Misalnya, seseorang yang hanya menjalankan salat lima waktu tanpa memahami makna atau tujuan salat tidak akan merasakan dampak spiritual yang seharusnya.
Oleh karena itu, sebelum menjalankan perintah agama, umat perlu mengasah kecintaan kepada Allah. Ketika cinta sudah tumbuh, ketaatan akan muncul dengan sendirinya sebagai bentuk pengabdian, bukan keterpaksaan.
Kontradiksi dalam Perilaku Sehari-hari
Meski mayoritas masyarakat Indonesia mengaku sebagai Muslim, banyak perilaku yang bertolak belakang dengan ajaran Islam. Contohnya adalah membuang sampah sembarangan, tidak mematuhi aturan, atau tidak saling menghormati antar sesama manusia.
Bahkan, dalam interaksi ekonomi, ada kecenderungan masyarakat lebih memilih toko non-Muslim karena persepsi bahwa sesama Muslim cenderung kurang jujur atau tidak transparan. Hal ini sangat bertentangan dengan ajaran Nabi Muhammad SAW yang menekankan pentingnya kejujuran dalam berbisnis. Islam mengajarkan untuk menjadi teladan dalam akhlak, termasuk dalam berinteraksi dengan sesama manusia, tanpa memandang latar belakang agama.
Perbaikan Sistem dan Lingkungan