Lihat ke Halaman Asli

YASIR

MAHASISWA

Mengungkap Rahasia Otak: Pandangan Dr. Ryu Hasan tentang Kebiasaan dan Rutinitas

Diperbarui: 18 November 2024   14:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Otak manusia adalah organ yang luar biasa. Dalam keseharian, banyak hal yang kita lakukan tampak otomatis---dari perjalanan pulang kerja hingga bermain olahraga. Tetapi, pernahkah Anda bertanya-tanya, bagaimana otak bekerja untuk menciptakan kebiasaan dan respons cepat seperti ini?

Dr. Ryu Hasan, seorang ahli bedah saraf terkemuka, memberikan pandangan menarik tentang cara kerja otak. Menurutnya, otak kita pada awalnya menggunakan bagian rasional (neokorteks) untuk mempelajari sesuatu yang baru. Namun, seiring waktu dan latihan, aktivitas tersebut berpindah ke "otak emosi," yaitu sistem limbik, yang bertanggung jawab atas kebiasaan dan respons otomatis.

Dari Otak Rasional ke Otak Emosi

Pada tahap awal, otak rasional bekerja keras untuk memahami dan menganalisis aktivitas baru. Misalnya, ketika Anda pertama kali belajar bermain lompat tali, setiap gerakan memerlukan fokus dan perhatian penuh. Namun, setelah berulang kali mencoba, otak merekam pola gerakan tersebut. Pola ini disimpan di otak emosi, sehingga aktivitas lompat tali akhirnya bisa dilakukan tanpa banyak berpikir.

Inilah yang menjelaskan mengapa kita sering merasa "lupa" dengan detail rutinitas harian. Sebagai contoh, perjalanan pulang kerja yang sama setiap hari mungkin terasa seperti "lompat waktu." Anda tiba-tiba sudah sampai di rumah tanpa ingat detail perjalanan. Hal ini terjadi karena rutinitas tersebut sudah menjadi otomatis, dan otak rasional tidak lagi banyak terlibat.

Prediksi Cerdas Otak Kita

Salah satu poin menarik yang disampaikan Dr. Ryu Hasan adalah kemampuan otak manusia untuk memprediksi sesuatu secara akurat berdasarkan pengalaman. Ia mencontohkan pemain sepak bola seperti Wayne Rooney, yang dapat memprediksi kecepatan bola, posisi lawan, hingga waktu yang tepat untuk menendang atau menyundul bola.

Kemampuan ini bukan berasal dari analisis rasional, melainkan respons otomatis otak emosi yang telah merekam pengalaman ribuan jam bermain di lapangan. Dengan kata lain, otak menciptakan pola yang memungkinkan prediksi cepat tanpa perlu berpikir panjang.

Kebiasaan sebagai Kunci

Proses kerja otak ini mengajarkan kita pentingnya latihan dan kebiasaan. Dr. Ryu Hasan menjelaskan bahwa semakin sering seseorang melakukan suatu aktivitas, semakin efisien otak dalam mengelolanya. Aktivitas yang dulunya rumit akan menjadi mudah karena otak sudah "belajar" dari pengalaman.

Sebagai contoh, Anda mungkin pernah merasa kesulitan menghafal jalan di kota baru. Tetapi, setelah beberapa kali perjalanan, Anda tiba-tiba merasa "menguasai" rute tersebut tanpa harus berpikir keras. Ini adalah hasil dari kerja otak emosi yang merekam dan mengelola kebiasaan baru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline