Lihat ke Halaman Asli

YASIR

MAHASISWA

Jangan Hanya Fokus Pada Akademik, Ini yang Harus Dilakukan oleh Guru untuk Mendukung Minat Siswa

Diperbarui: 24 Oktober 2024   09:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar siswa yang bosan di kelas (Dari:chatgpt.com)

Pendidikan di Indonesia saat ini cenderung berfokus pada aspek akademik yang sering kali membatasi pengembangan bakat dan minat siswa di bidang-bidang non-akademik. 

Mata pelajaran seperti matematika, fisika, dan kimia mendominasi kurikulum, sementara pelajaran yang lebih sesuai dengan minat siswa, seperti olahraga, seni, atau keterampilan praktis, sering kali diberi porsi yang jauh lebih sedikit. Hal ini tidak hanya membuat siswa merasa bosan, tetapi juga menghambat potensi mereka untuk berkembang di bidang yang mereka minati.

Misalnya, seorang siswa yang sangat menyukai sepak bola mungkin hanya memiliki waktu satu jam dalam seminggu untuk berlatih di sekolah. Sementara itu, sebagian besar waktunya dihabiskan untuk mempelajari mata pelajaran yang mungkin tidak relevan dengan minatnya. Akibatnya, bakatnya dalam sepak bola tidak mendapatkan dukungan yang cukup untuk berkembang secara maksimal.

 Padahal, dukungan yang konsisten di masa sekolah bisa menjadi fondasi penting bagi kariernya di masa depan, seperti menjadi atlet profesional.

Sayangnya, di masyarakat kita sering kali muncul pandangan yang meremehkan bidang-bidang non-akademik. Banyak orang tua yang mendorong anak-anak mereka untuk fokus pada pelajaran akademik dengan alasan bahwa "kalau ingin sukses, belajar yang pintar." 

Sering kali mereka menegur anak yang terlalu fokus pada minat seperti sepak bola dengan berkata, "Jangan main bola terus, belajar yang pintar supaya sukses." Padahal, pandangan semacam ini mempersempit peluang anak untuk mengembangkan potensi besar yang mungkin dimiliki dalam bidang olahraga, seni, atau keterampilan lainnya.

Sistem pendidikan yang kaku ini turut berperan dalam menciptakan kondisi di mana Indonesia kesulitan menemukan orang-orang yang kompeten di bidang seperti olahraga, seni, atau keterampilan praktis lainnya.

 Kurangnya dukungan untuk pengembangan minat siswa membuat mereka merasa malas untuk mengejar potensi mereka. Akhirnya, bakat-bakat yang ada tidak pernah berkembang dengan optimal karena lebih diarahkan untuk mengikuti jalur akademik yang tidak sesuai dengan minat mereka.

Gambar murid yang tidur di kelas (Dari:chatgpt.com)

Guru, meskipun tidak sepenuhnya bersalah, juga memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung minat siswa. Guru sering kali hanya menjalankan kurikulum yang ditetapkan oleh atasan tanpa memberikan ruang bagi siswa untuk mengeksplorasi bakat mereka. 

Namun, penting bagi guru untuk memberikan masukan kepada atasan mengenai kebutuhan siswa dan menyarankan metode pembelajaran yang lebih fleksibel dan sesuai dengan minat siswa.

Mengubah sistem pendidikan menjadi lebih inklusif terhadap berbagai minat siswa bukan hanya soal menambahkan lebih banyak waktu untuk olahraga atau keterampilan praktis, tetapi juga soal memberikan siswa kebebasan untuk mengeksplorasi dan mengembangkan bakat mereka. Dengan dukungan yang tepat, siswa akan lebih termotivasi untuk belajar dan memiliki peluang yang lebih besar untuk sukses di bidang yang mereka cintai. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline