Lihat ke Halaman Asli

YASIR

MAHASISWA

Mengapa Membiarkan Anak Bermain dan Beraktivitas Bebas Itu Penting

Diperbarui: 11 Oktober 2024   12:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

chatgpt.com

Di Indonesia, tidak jarang kita menemui orang tua yang lebih suka melihat anak mereka tenang, sopan, dan tidak banyak tingkah. Sebagian besar orang tua menginginkan anak yang "anteng"---tidak banyak bergerak, tidak berlarian, dan selalu patuh dalam diam. Namun, banyak juga anak yang secara alami lebih aktif, suka bermain ke sana ke sini, berlarian, bahkan sering kali bertingkah laku yang disebut "nakal."

Banyak orang tua yang mungkin merasa khawatir ketika anak-anak mereka tampak terlalu aktif. Mereka cenderung menegur, bahkan memarahi anak jika berlarian, atau membuat kegaduhan. Namun, benarkah cara tersebut yang paling baik dalam mendidik anak?

Aktivitas Fisik adalah Bagian Alami dari Tumbuh Kembang Anak

Hal pertama yang perlu dipahami adalah bahwa aktivitas fisik dan bermain bebas adalah bagian alami dari perkembangan anak. Anak-anak belajar melalui gerakan dan interaksi dengan lingkungan mereka. Dengan bergerak, anak-anak tidak hanya melatih kemampuan motorik mereka, tetapi juga mengembangkan kognisi, keterampilan sosial, serta kepercayaan diri.

Anak yang terlalu dibatasi gerakannya, dipaksa untuk duduk diam, atau diminta untuk selalu bersikap "manis," berisiko kehilangan kesempatan untuk belajar hal-hal penting tentang dunia di sekitar mereka.

Ketika Terlalu Banyak Batasan Menjadi Penjara

Orang tua yang sering kali menegur dan membatasi anak mungkin tidak menyadari dampak psikologis yang ditimbulkan. Anak yang selalu ditegur karena berlarian atau bermain bebas bisa mulai merasa seperti hidup dalam penjara. Mereka mungkin mulai bertanya-tanya, "Kenapa aku tidak boleh melakukan ini?" atau bahkan mempertanyakan alasan keberadaan mereka dalam keluarga, karena merasa segala tindakannya selalu salah di mata orang tua.

Terlalu banyak batasan bisa menciptakan pola pikir negatif pada anak. Anak-anak yang merasa dikekang bisa mulai merasa tidak dihargai atau tidak didengar. Mereka mungkin akan mulai menarik diri atau, sebaliknya, memberontak dengan perilaku yang lebih ekstrem.

Pola Asuh yang Kasar Bisa Memicu Dampak Jangka Panjang

Jika orang tua terlalu keras dalam menegur, terutama dengan marah atau hukuman fisik, ini bisa berdampak lebih buruk lagi. Banyak penelitian menunjukkan bahwa pola asuh yang kasar dapat merusak hubungan emosional antara anak dan orang tua, serta berisiko mengembangkan masalah perilaku atau emosional pada anak di kemudian hari.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline