Lihat ke Halaman Asli

YASIR

MAHASISWA

Bahaya Fanatisme: Memecah Agama dan Merusak Kebhinekaan

Diperbarui: 7 Oktober 2024   10:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi gambar chat.openai.com

Fanatisme adalah sikap keterikatan yang berlebihan pada keyakinan atau pandangan tertentu, biasanya disertai dengan penolakan terhadap pandangan yang berbeda. Dalam konteks agama, politik, atau budaya, fanatisme sering kali menjadi penghalang kemajuan masyarakat, baik dari aspek sosial, ekonomi, maupun intelektual. Artikel ini akan mengupas bagaimana sikap fanatik yang kaku dan tidak terbuka terhadap perbedaan dapat memperlambat, atau bahkan menghentikan, kemajuan di berbagai bidang kehidupan.

 1. Fanatisme dan Stagnasi Sosial

Di level sosial, fanatisme dapat menciptakan masyarakat yang terpecah belah dan kurang toleran. Ketika seseorang atau kelompok bersikap fanatik, mereka cenderung menganggap kelompok atau pandangan lain sebagai ancaman, bukan sebagai sesuatu yang bisa dipelajari atau diterima. Hal ini mengakibatkan **polarisasi**, di mana masyarakat terbagi menjadi kelompok-kelompok yang saling curiga dan tidak bisa bekerja sama.

Sebagai contoh, dalam masyarakat yang terbelah secara agama, fanatisme dapat memicu diskriminasi dan kekerasan terhadap kelompok minoritas. Sikap ini tidak hanya memperburuk hubungan sosial, tetapi juga menciptakan suasana yang tidak kondusif bagi terciptanya dialog yang produktif antar kelompok. Masyarakat yang terbelah oleh fanatisme sulit untuk membangun solidaritas yang kuat, dan akibatnya, akan lebih sulit untuk maju sebagai kesatuan yang utuh.

 2. Pengaruh Fanatisme terhadap Ekonomi

Fanatisme juga berdampak negatif pada kemajuan ekonomi. Di dunia modern yang saling terhubung, pertukaran ide, teknologi, dan budaya dari berbagai negara menjadi faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi. Namun, sikap fanatik yang menutup diri terhadap ide-ide dari luar dapat menghambat inovasi dan kolaborasi ekonomi global.

Misalnya, masyarakat yang fanatik cenderung menolak teknologi atau praktik bisnis yang datang dari kelompok atau negara yang mereka anggap berbeda keyakinan. Mereka mungkin menolak bekerja sama dengan perusahaan dari negara atau kelompok agama tertentu, padahal kolaborasi tersebut bisa membawa manfaat ekonomi yang besar. Sikap seperti ini mengisolasi masyarakat dan menghambat mereka dari peluang-peluang baru di bidang teknologi dan pasar internasional.

Selain itu, fanatisme juga dapat mempengaruhi kebijakan ekonomi negara. Jika pemerintah dipengaruhi oleh kelompok fanatik, keputusan ekonomi bisa diambil berdasarkan pertimbangan ideologis atau religius yang sempit, bukan atas dasar kepentingan ekonomi yang lebih luas. Ini bisa berdampak pada keputusan investasi, perdagangan, dan pendidikan, yang akhirnya membatasi pertumbuhan ekonomi.

3. Fanatisme dan Kemandekan Intelektual

Di bidang intelektual, fanatisme adalah musuh terbesar dari kreativitas dan inovasi. Masyarakat yang fanatik terhadap satu pandangan atau keyakinan sering kali menolak pemikiran yang berbeda, termasuk ilmu pengetahuan dan filsafat yang tidak sejalan dengan keyakinan mereka. Ini menciptakan suasana yang mengekang kebebasan berpikir dan membatasi pengembangan intelektual.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline