Lihat ke Halaman Asli

YASIR

MAHASISWA

banyak yang tidak sadar, ini dia dampak buruk memarahi anak di bawah usia 6 tahun

Diperbarui: 28 September 2024   18:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi gambar (Chat.openai.com)

Banyak orang tua di Indonesia tidak menyadari bahwa sering memarahi anak-anak, terutama yang masih berusia di bawah 6 tahun, dapat memberikan dampak negatif jangka panjang pada perkembangan mental dan emosional mereka. Anak-anak pada usia ini sedang berada dalam tahap perkembangan kritis, di mana mereka belajar untuk mengeksplorasi dunia di sekitar mereka, mengembangkan keterampilan sosial, serta membentuk rasa percaya diri.

Penelitian Menunjukkan Pentingnya Bermain

Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), bermain memiliki banyak manfaat bagi perkembangan anak-anak. Bermain tidak hanya menjadi sarana untuk bersenang-senang, tetapi juga penting untuk membantu anak mengembangkan keterampilan sosial, kognitif, dan emosional. Anak-anak yang bermain dapat belajar merencanakan, mengorganisasi, serta belajar bekerja sama dengan orang lain. Oleh karena itu, jika mereka sering dimarahi saat melakukan kesalahan kecil, mereka bisa merasa takut untuk mencoba hal-hal baru atau bahkan takut untuk berbicara di depan umum saat mereka dewasa.

Bermain juga membantu anak-anak belajar bagaimana mengelola emosi mereka. Dengan bermain secara bebas dan tanpa banyak tekanan, anak-anak memiliki ruang untuk bereksplorasi dan memahami cara berinteraksi dengan lingkungan mereka. Namun, jika orang tua atau lingkungan terus memberikan kritik atau memarahi mereka karena kesalahan yang mereka buat, anak-anak ini dapat tumbuh dengan rasa takut untuk melakukan kesalahan di masa depan.

Dampak Jangka Panjang dari Sering Dimarahi

Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang terlalu sering dimarahi atau ditekan cenderung mengalami kesulitan dalam menghadapi tantangan saat mereka dewasa. Sebagai contoh, ketika mereka disuruh maju untuk presentasi atau bersosialisasi dengan teman-teman baru, mereka mungkin akan merasa takut untuk berbicara atau membuat kesalahan. Hal ini disebabkan oleh rasa cemas yang tertanam sejak kecil karena mereka terbiasa dihukum secara verbal ketika melakukan sesuatu yang dianggap salah.

Dalam beberapa kasus, anak-anak yang tumbuh di lingkungan seperti ini mungkin akan mengembangkan rasa rendah diri atau cenderung menghindari tantangan di kehidupan mereka. Hal ini berbeda dengan banyak negara lain di mana kesalahan dianggap sebagai bagian alami dari proses belajar, dan orang tua serta teman-teman mereka cenderung lebih mendukung saat ada kesalahan. Di sana, anak-anak diajarkan bahwa tidak apa-apa membuat kesalahan, selama mereka terus berusaha.

Solusi untuk Memperlakukan Anak dengan Halus

1. Menggunakan Pendekatan Positif: Alih-alih memarahi anak ketika mereka berbuat salah, cobalah untuk memberikan pujian ketika mereka melakukan hal yang benar. Pendekatan positif ini membantu anak merasa dihargai dan termotivasi untuk berperilaku baik.

2. Memberikan Penjelasan yang Jelas: Jika anak tidak mendengarkan, berikan penjelasan sederhana mengenai perilaku yang diharapkan. Misalnya, jika mereka berlari di dalam rumah, katakan, "Kita bisa berlari di luar karena lebih aman." Ini membantu anak memahami konsekuensi dari tindakan mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline