Nikah muda dan Perkawinan anak adalah dua kasus yang berbeda. Nikah muda merupakan pernikahan yang dilakukan oleh seseorang yang usianya sudah termasuk kedalam usia legal menurut peraturan perundang-undangan untuk melakukan pernikahan. Sedangkan perkawinan anak merupakan pernikahan yang dilakukan oleh seseorang yang usianya jauh di bawah batas legal menurut undang-undang.
Di Indonesia, praktik perkawinan anak bukanlah permasalahan yang baru lahir, praktik perkawinan anak sudah ada sejak dulu. Perkembang zaman serta mudahnya akses untuk menyaring banyaknya informasi seharusnya dapat memberi edukasi dan pengetahuan terhadap masyarakat terkait dampak negatif dari praktik perkawinan anak sehingga angka perkawinan anak akan berkurang.
Namun pada kenyataannya, saat ini masalah perkawinan anak masih eksis dan menjadi permasalahan yang cukup serius di Indonesia.
Banyak alasan yang menjadi faktor terjadinya praktik perkawinan anak. Selain faktor kurangnya edukasi dan pengetahuan terkait dampak dari perkawinan anak, alasan agama dan budaya juga menjadi salah satu faktor penyebab perkawinan anak. Praktik ini justru seringkali dibalut dengan dalih "Menghindari Perbuatan Maksiat".
Dampak Perkawinan Anak
Banyak masyarakat yang masih beranggapan bahwa perkawinan anak merupakan solusi yang tepat untuk menghindari maksiat. Padahal pada kenyataannya, perkawinan anak justru membawa dampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental anak.
Perkawinan anak akan menghambat perkembangan mereka dari segi fisik maupun pendidikan karena dapat menyebabkan pendidikan anak berakhir. Selain itu, praktik perkawinan anak dapat memicu terjadinya eksploitasi seksual melalui kehamilan dan melahirkan dini, serta meningkatkan risiko kekerasan seksual lainnya.
Perkawinan anak, terutama pada anak perempuan, merupakan pelanggaran terhadap hak kemanusiaan. Angka putus sekolah yang cukup tinggi disebabkan oleh pernikahan dini serta tingkat kekerasan dalam rumah tangga yang dialami oleh anak perempuan yang menikah dini menunjukkan bahwa perkawinan anak bukanlah solusi. Terutama bagi perempuan, dampak perkawinan anak selalu buruk. Dalam praktik perkawinan anak, perempuan akan lebih rentan menjadi korban daripada laki-laki.
Perkawinan anak memiliki banyak konsekuensi negatif, termasuk ketidaksetaraan gender yang disebabkan oleh perbedaan kualitas pendidikan. Akibatnya, perempuan akan dipandang lebih rendah dan dianggap sebagai beban.
Kurangnya pendidikan pada perempuan akan mengakibatkan perempuan rentan mengalami kemiskinan dan diskriminasi. Selain itu, dalam perkawinan anak juga rawan terjadi kekerasan dalam rumah tangga.
Upaya Pencegahan Perkawinan Anak