Lihat ke Halaman Asli

Melati Tak Perlu Bercerita Apapun tentang Dirinya agar Disebut Harum

Diperbarui: 4 Januari 2019   08:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: ngopibareng.id

Jika saat ini kita bisa menikmati buah apel yang manis, itu bukan karena apel yang terlebih dahulu memperkenalkan dirinya secara langsung bahwa ia manis.

Jika saat ini kita bisa mendapatkan manfaat dari vitamin C yang terdapat pada jeruk, itu bukan karena jeruk tersebut---sebelumnya---mengumumkan bahwa ia ber-vitamin C.

Jika saat ini kita bisa merasakan pedisnya cabe, itu bukan karena cabe---sebelumnya---memberitahu bahwa ia pedis.

Pun ketika manusia menemukan beras sebagai makanan pokok untuk mengenyangkan. Itu bukan karena padi yang menyebut dirinya sebagai bahan makanan penghilang lapar.

Dan, saat manusia menjadikan emas sebagai perhiasan. Itu bukan karena emas yang berbicara bahwa ia adalah perhiasan.

Di sisi lain, ketika manusia mengetahui bahwa duri bisa menyakitkan saat menusuk tubuh, itu bukan karena duri yang memberitahu bahwa ia berbahaya.

Ada pula melati, di mana manusia selalu menyebutnya harum karena manusia sendiri yang mencium aromanya secara langsung. Bukan sebab melatinya yang berkata, aku wangi.

Apel, jeruk, cabe, padi, emas, duri, dan melati adalah sejumlah ciptaan Allah yang tak bisa bicara. Akan tetapi, karakter dari semuanya bisa ketahuan karena manusia yang merasakannya secara langsung. Manusia yang menilainya sendiri, dan manusia juga yang memberi predikat.

Sebagai manusia, walaupun kita punya mulut untuk bicara, dan kita punya kemampuan untuk berbohong, kita tak perlu menceritakan kebaikan-kebaikan kita untuk terlihat baik di mata manusia lainnya. Tak perlu juga kita menutupi diri kita dengan kebohongan-kebohongan agar juga selalu terlihat tampil istimewa.

Tak perlu menjelaskan bagaimana akhlak kita dengan bermacam-macam rangkaian kata. Sebab penilaian objektif selalu tertuju pada apa yang kita perbuat, bukan pada apa yang kita katakan.

Di dunia ini, betapa banyak sebutan untuk bermacam-macam sifat yang bukan lahir dari kata-kata, tapi lahir dari kualitas, manfaat, dan karakteristik yang punya sifat. Apa yang disampaikan dengan kata hanyalah pengantar subjektif yang belum tentu benar. Sebab, yang disaksikan secara langsung biasanya lebih jujur daripada yang hanya didengar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline