Selain bertani dan berdagang, umumnya masyarakat Sumba Timur juga bekerja sebagai peternak. Hewan peliharaannya antara lain kerbau, kuda, sapi, kambing, ayam, bebek dan babi. Sehingga tidaklah mengherankan jika di dekat rumah-rumah penduduk pasti ada salah satu kandang dari hewan yang disebutkan di atas.
Dan, yang paling banyak dijumpai adalah kandang babi dan kambing. Sejauh pengamatan, babi dan kambing sangat membantu dalam menunjang kehidupan ekonomi masyarakat, terutama untuk kehidupan sehari-hari dan untuk urusan adat.
Pada kesempatan ini saya tidak bercerita tentang semua hewan peliharaan ini. Namun saya akan tetap menceritakannya suatu saat nanti di sini. Perhatian saya pada kesempatan ini adalah tentang hentakan kaki dan ringkikan kuda sandalwood.
Selain memiliki pesona alam dan budaya nan indah permai, Sumba Timur juga memiliki hewan yang sangat terkenal. Apa lagi kalau bukan kuda sandalwood. Sumba Timur yang memiliki hamparan padang rumput sabana memang sangat memungkinkan para peternak Sumba untuk memeliharanya.
Ciri khas peternak Kuda Sandalwood Sumba Timur umumnya membiarkan hewan ini berkeliaran bebas di padang. Sehingga tidaklah mengherankan jika hendak melintasi alam Sumba Timur akan dijumpai hewan-hewan yang berkeliaran mencari makan di padang. Ini menunjukkan jika para peternak hewan di Sumba Timur masih memakai pola tradisional dalam memelihara hewan ternaknya.
Menurut cerita teman saya Stephanus Pulu T. Hunga, S.Pd, pada waktu berada di tingkat sekolah dasar, ia dan kawan-kawannya selalu menunggang kuda untuk pergi ke sekolah. Tempat tinggalnya yang jauh dari sekolah membuat dia dan teman-temannya sering berjalan kaki dan menunggang kuda jika sudah kelelahan.
Cerita teman saya ini mengisyaratkan bahwa kuda memiliki peran penting sebagai sarana transportasi untuk bisa menjangkau pelosok Sumba Timur dengan medan berbukit-bukit. Ini cerita zaman dahulu namun masih aktual hingga saat ini. Mayoritas anak-anak sumba (terutama pria) sangat pandai menjinakan dan menunggang kuda sandalwood.
Pada suatu kesempatan saya pernah menyaksikan parade seribu satu kuda sandalwood di pantai Walakiri. Coba dibayangkan bagaimana para putra Sumba Timur begitu pandai menunggang kuda. Bagi saya yang awam dalam menunggang kuda tentu ini sangat menarik dan luar biasa. Lain halnya dengan mereka yang sudah biasa menunggang kuda.
Saat ini, padang sabana Sumba Timur lagi hijau permai. Maklum, musim hujan belum benar-benar minggat. Sebab, jika kemarau menghampiri, padang sabana Sumba Timur berubah wujud menjadi gosong. Gosong tentu saja karena dibakar matahari.
Dan, Jika berminat untuk datang di pulau Sumba dan mengunjungi Sumba Timur khususnya, maka fenomena kuda menjadi salah satu hal yang paling menarik dan tentu saja akan diberi kesempatan untuk menunggang kuda. hehehe, berminat bukan?