Musik dan lagu daerah merupakan sesuatu yang tidak terpisahkan dari sebuah kebudayaan atau peradaban. Setiap daerah tentu memiliki musik dan lagu sesuai dengan kebudayaannya.
Sumba Timur sebagai sebagai suatu daerah dengan kebudayaannya, memiliki musik dan lagu tradisional yang hingga saat ini boleh dibilang masih digemari oleh masyarakatnya (generasi tua). Salah satu alat musik khas yang dimiliki oleh masyarakat Sumba Timur adalah "Jungga". Alat musik ini dimainkan dengan cara dipetik seperti gitar. Ada dua jenis alat musik ini, yakni yang bersenar dua dan bersenar empat.
Alat musik ini biasanya dipakai untuk mengiringi lagu dalam bahasa daerah setempat yaitu bahasa "kambera". Dahulu alat musik ini digunakan untuk mengiringi lagu pada upacara adat perkawinan, seperti dikisahkan oleh ibu Rambu Uru Anahida dan diperkuat oleh keterangan tokoh-tokoh lain yang penulis jumpai di Waingapu.
Diceritakan juga bahwa ada lagu yang tidak diiringi oleh alat musik. Lagu-lagu ini dibawakan pada waktu panen padi di kebun yang dinyanyikan secara bersahut-sahutan atau bergantian antara kelompok laki-laki dan kelompok perempuan waktu memanen padi. Lagu-lagu tersebut dinyanyikan dengan penuh semangat.
Ada juga lagu yang dinyanyikan pada waktu "injak padi". Kebiasaan masyarakat awal Sumba Timur sebelum ada mesin rontok adalah menginjak padi. Artinya, masyarakat Sumba Timur melompat-lompat di atas tumpukan jerami padi yang sudah dipotong untuk memisahkan bulir padi dari tangkainya. Lagu-lagu yang dinyanyikan tentu lebih bersemangat dari lagu saat memotong padi.
Animo Anak Muda Terhadap Musik dan Lagu Daerah
Tidak bisa diingkari bahwa perkembangan musik modern berpengaruh secara signifikan terhadap musik dan lagu daerah di Sumba Timur. Diyakini pula bahwa kenyataan ini sudah berpengaruh secara luas hingga ke pelosok pedesaan di Sumba Timur. Fakta ini penulis jumpai di kalangan pelajar atau peserta didik di salah satu lembaga pendidikan menengah di Kota Waingapu, yang mana peserta didiknya banyak yang berasal dari daerah pedesaan.
Pada umumnya mereka tidak mengetahui cara memainkan alat musik Jungga. Banyak dari antara mereka mengatakan jika alat musik tersebut hanya bisa dimainkan oleh orang-orang tua yang ada di kampung-kampung.
Anak-anak muda Sumba Timur juga sudah enggan mempelajari musik daerahnya sendiri tetapi lebih memilih atau lebih berminat memainkan alat musik modern seperti gitar dan keyboard. Sementara alat musik yang merupakan peninggalan nenek moyangnya perlahan mulai ditinggalkan.
Padahal kalau mau jujur, alunan alat musik Jungga sangat indah dan merdu dan menukik ke kedalaman batin setiap orang yang mendengarnya. Apalagi jika dimainkan untuk mengiringi lagu dari penyanyi yang bersuara merdu. Hal ini memang dirasakan sendiri oleh penulis setip kali mendengar alunan musik dan lagu daerah Sumba Timur.
Terkait dengan lagu daerah juga demikian. Lagu-lagu dalam bahasa daerah dominan masih diminati oleh generasi tua Sumba Timur. Sedangkan generasi mudanya lebih doyan menyanyikan lagu-lagu modern. Dan hampir bisa dipastikan jika lagu-lagu yang biasa dinyanyikan tanpa musik waktu panen dan pada saat "Injak padi" sudah mulai ditinggalkan sebagai konsekwensi logis dari pergantian tenaga manusia dengan tenaga mesin rontok misalnya.