Lihat ke Halaman Asli

Yasintus Ariman

Guru yang selalu ingin berbagi

Cerpen | Jiwa Tersangkar (4, Tamat)

Diperbarui: 15 Mei 2019   08:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Diam-diam ibunya menyimpan kripik kesukaannya itu ke dalam tas pakaian yang telah disiapkan. Misel sungguh sadar bahwa ibunya melakukan semuanya karena cinta dan dukungannya terhadap ziarah panggilanya menjadi imam yang selibater.

Kini, Misel sadar kalau ia benar-benar telah mengkhianati kasih ibunya yang begitu tulus terhadapnya. Ia benar-benar merasa kilaf.

"Ibu..., seandainya ibu ada bersamaku saat ini akan kucium kakimu tuk ungkapkan maafku yang teramat dalam."

Tetapi apa daya, ibunya berada jauh di kampung halaman. Di malam yang sepi itu ia hanya bergumul dalam kesendirian hingga ia tak sanggup menahan air mata yang membanjiri kedua pipinya. Ia mencoba untuk tegar walau terpaksa.

Sementara ia bergulat dengan rasa bersalahnya, tiba-tiba terdengar bunyi ketukan pintu kamarnya. Bunyi ketukan itu sangat halus dengan suara yang halus pula:

"Tok...tok...tok. Misel buka pintunya. Aku tahu engkau belum tidur.

Misel terperanjat dari lamunannya. Ia kenal betul suara di balik pintu kamarnya itu. Dialah perempuan juru masak yang membuatnya berani mengambil keputusan untuk hengkang dari rumah karantina.

"Apa gerangan dia menghampiriku tengah malam seperti ini? Aiish, perempuan sekiranya engkau tidak dilahirkan mungkin aku tidak bakalan seperti ini. Apakah ia ingin melampiaskan sawatnya, ataukah ia ingin mengejekku karena ternyata aku begitu lemah di hadapannya?

Misel ragu antara menghardik perempuan itu dari dalam kamar atau membukakan pintu dan mempersilakan perempuan juru masak itu masuk ke kamarnya. Berduaan dengan perempuan di dalam kamar tengah malam tentu merupakan suatu kesalahan besar dan tergolong aib di rumah karantina.

"Misel, buka pintunya...!

Suara perempuan juru masak itu makin kencang terdengar. Misel kalang kabut. Ia tidak ingin semua orang terbangun dan menyaksikan seorang perempuan berdiri di depan pintu kamarnya. Dalam keadaan panik, Misel membukakan pintu kamarnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline