Lihat ke Halaman Asli

Yasintus Ariman

Guru yang selalu ingin berbagi

Pentingnya Menggairahkan Kembali Dialog Antar Agama

Diperbarui: 23 Mei 2018   16:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Melihat perkembangan hidup keagamaan dan pola hubungan antaragama di negara kita dalam kurun waktu belakangan ini, seakan membawa saya kepada kesimpulan yang sedikit bernada ekstrim yakni agama "tidak lagi bisa" menciptakan masyarakat yang aman, damai, dan harmonis. Kenyataan ini tampak jelas dengan adanya riak-riak konflik atau pun aksi demonstrasi yang dilandasi oleh sentimen keagamaan.

Jika demikian, sejujurnya agama belum mampu menjadi tempat hunian yang damai dan nyaman bagi pemeluknya. Pertanyaan pun muncul apakah situasi konflik atau pertentangan yang terjadi murni karena faktor agama ataukah karena rendahnya pemahaman individu terhadap agama yang dianutnya?

Untuk menjawab pertanyaan ini, nyatanya tidak satu pun agama yang mengajarkan sikap untuk memusuhi sesamanya. Semua agama mengajarkan prinsip dasar untuk mengasihi atau mencintai sesama manusia. Jika para pemeluk agama mengabaikan prinsip dasar ini dan menjadikan agama untuk melegitimasi tindakan kekerasan atau kekejaman terhadap orang lain maka ia telah mengingkari nilai pokok keagamaan itu sendiri, yakni nilai rahmatan lil alamin atau kasih sayang bagi alam semesta (Abdul Syukur, 2008:68).

Bertolak dari fenomena di atas hemat saya, sangatlah perlu dan mendesak untuk digairahkan kembali dialog yang intensif antarumat beragama. Semua tentu tahu bahwa sebagai negara yang berdasarkan Pancasila, telah mengakui keberadaan enam agama yang memang telah ada di bumi pertiwi ini, yakni Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu. Inilah realitas keberagaman agama yang ada di negeri tercinta ini.

Agar dialog antaragama yang berbeda itu bisa terlaksana dengan baik, dibutuhkan keterbukaan untuk saling menerima perbedaan doktrin atau ajaran agama yang bisa saja saling bertentangan satu sama lain. Kesadaran akan perbedaan inilah yang wajib ada dalam diri setiap pemeluk agama.

Untuk itu tokoh-tokoh agama mesti berperan aktif dalam memberikan pemahaman positif kepada para pemeluk agama, bahwa keyakinan yang berbeda bukan untuk dicemooh, dihina atau dilecehkan melainkan untuk diterima dan dihormati.

Di samping itu peran pemerintah melalui lembaga terkait mesti digerakkan lagi secara intensif. Pemerintah bersama lembaga swadaya masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap kehidupan beragama, perlu memfasilitasi perjumpaan antara tokoh-tokoh agama untuk duduk bersama dan berdialog secara damai.

Perbedaan paham atau agama bukan untuk saling mengucilkan satu sama lain. Melainkan untuk dirangkul dan diperlakukan sebagai saudara dalam perbedaan. Ketika semua duduk bersama sebagai saudara, sesungguhnya akan tercipta saling pengertian. Namun jika hidup dalam ketertutupan hanya akan menciptakan kecurigaan, iri dan dengki.

Mari berbuka hati serta pikiran untuk melihat perbedaan agama sebagai bagian dari dinamika hidup berbangsa. Berdialoglah dalam suasana persaudaraan. Tentu semuanya ini harus sudah mulia dari lingkungan, di tingkat RT/RW. Jika kebersamaan dalam perbedaan telah terbangun, niscaya kita tidak lagi disibukan oleh persoalan hina menghina, demonstrasi karena sentimen agama serta ceramah tentang kebencian terhadap kelompok agama tertentu. Salam damai.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline