Lihat ke Halaman Asli

Yasintus Ariman

Guru yang selalu ingin berbagi

Memandang Islam pada Wajah Sahabat Muslim

Diperbarui: 21 Mei 2018   13:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: anitamuina.wordpress.com

Waingapu adalah sebuah kota kecil. Mayoritas penduduknya memeluk agama Kristen dan sebagian kecil memeluk agama Islam dan Hindu. Hal yang paling menarik dari kehidupan sosial masyarakat di kota Waingapu adalah solidaritas atau kesetiakawanan dalam perbedaan. 

Perayaan hari-hari besar keagamaan dari masing-masing agama selalu dilaksanakan dalam suasana yang aman, damai dan tenteram.

Salah satu contoh konkret adalah selama kurun waktu kurang lebih tiga tahun terakhir, ketika ada kebaktian atau misa malam natal atau pun malam paskah di gereja Katolik Sang Penebus Waingapu, beberapa orang pemuda dari kelompok remaja masjid bersama aparat penegak hukum ikut mengamankan situasi sekitar.

Kenyataan lain lagi adalah meskipun populasi penduduk yang beragama muslim sedikit, namun tempat ibadah berupa masjid dan musola bertebaran hampir di setiap sudut kota Waingapu.

Kala pagi menyapa, suara adzan berkumandang memenuhi seisi kota. Meski demikian tidak ada perasaan terancam atau merasa terganggu dari penduduk mayoritas setempat.

Sejujurnya secara pribadi, bagi saya Islam memberikan kedamaian, kesejukan kepada siapan pun. Hemat saya, hal ini yang menjadi salah satu alasan mengapa kehadiran sesama saudara yang beragama Islam di Waingapu secara khusus atau pun Sumba Timur secara umum tidak menimbukan gejolak sosial. Semuanya hidup berdampingan secara damai.

Sesama saudara yang beragama Islam yang saya jumpai di tempat kerja, dalam kegiatan kepramukaan atau pun dalam kehidupan bermasyarakat, semuanya baik-baik. Mereka menampilkan wajah Islam yang damai dan sangat bersahabat.

Miris rasanya ketika di media sosial orang saling menghujat atau pun mengkambinghitamkan kelompok agama tertentu yang menjadi biang kehancuran. Memang tidak bisa diingkari kenyataan bahwa pelaku teror yang pernah terjadi di tanah air kebanyakan beragama Islam. Namun itu bukanlah sebagai pembenaran atas pernyataan bahwa Islam layak ditakuti.

Saya menyadari bahwa meskipun saya bukan penganut agama Islam tetapi saya melihat agama Islam sebagai agama yang menebarkan kedamaian serta mencinta nilai-nilai kehidupan. Hal ini bertolak dari pengalaman perjumpaan saya dengan sesama saudara yang beragama Islam di tempat saya bekerja di Waingapu.

Ada bersama mereka membuat saya nyaman dan tidak merasa terancam. Pergaulan mereka biasa-biasa saja. Tidak ada wajah kebencian atau radikalisme dalam diri mereka. Dari antara mereka juga banyak yang memiliki sikap kedermawanan yang tinggi dan tanpa pamrih.

Dalam jalinan atau membangun kekerabatan, bukanlah hal yang baru jika ada yang orang sebelumnya beragam Kristen kemudian memilih menjadi seorang muslim ataupun terjadi sebaliknya. Keadaan ini sama sekali bukanlah tragedi dalam membangun kebersamaan. Toh negara menjamin kebebasan beragama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline