Lihat ke Halaman Asli

Yasinta Widya

Abdi Negara pada Kementerian Keuangan

Mendorong Konektivitas Pembayaran Regional ASEAN

Diperbarui: 19 Juni 2023   16:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: kompas.com

Ayana Lako Di'a, sebuah kapal Pinisi bertiang layar tradisional khas suku Bugis mengantarkan para pemimpin ASEAN menikmati alam Labuan Bajo di sela-sela KTT ke 42 ASEAN. Ibu negara Filipina, Louise Aranetta-Marcos, menggambarkan perjalanan tersebut sebagai perjalanan yang spektakuler dan romantis. 

Setelah lebih dari setengah abad, romantisme hubungan negara-negara ASEAN saat ini menjadi semakin penting, mengingat sejumlah tantangan global yang perlu dihadapi bersama, seperti ancaman perlambatan ekonomi global, isu rivalitas strategi Amerika Serikat dan China, krisis geopolitik di Eropa Timur, hingga ancaman perubahan iklim. Indonesia sendiri sebagai ketua ASEAN pada tahun 2023, mengusung tema "ASEAN Matters: Epicentrum of Growth" yang menggambarkan komitmen untuk mewujudkan ASEAN sebagai pusat dari pertumbuhan ekonomi global. 

Lebih dari sekedar perjalanan romantis tersebut, KTT ke 42 ASEAN di Labuan Bajo pada bulan Mei  2023 telah menghasilkan berbagai capaian yang akan berdampak positif secara langsung bagi masyarakat dikawasan ini. Salahsatunya, deklarasi bersama para pemimpin ASEAN untuk memajukan konektivitas pembayaran regional (Regional Payment Connectivity) dan mekanisme transaksi mata uang lokal masing-masing negara ASEAN. Sistem pembayaran yang terkoneksi antar negara di ASEAN akan mendukung sistem pembayaran yang lebih cepat, aman dan transparan.  

Dalam tataran praktis, secara sederhana konektivitas sistem pembayaran regional ASEAN dapat diilustrasikan dengan kemudahan transaksi yang dapat dilakukan oleh pelancong asal Thailand saat berkunjung ke Indonesia, dimana pelancong tersebut dapat melakukan pembayaran di toko souvenir Indonesia cukup dengan melakukan pemindaian kode QR (Quick response) menggunakan aplikasi sistem perbankan lokal. Selain memudahkan bagi si pelancong, bagi toko souvenir Indonesia akan membuka peluang pasar yang lebih luas dan memungkinkan efisiensi biaya.

Pelaku usaha tidak perlu berinvestasi pada pengadaan berbagai mesin Electronic Data Capture, ini akan sangat menguntungkan bagi pelaku usaha menegah, kecil dan mikro. Selain manfaat seperti ilustrasi tersebut, secara umum dengan memperkuat transaksi pembayaran antar negara yang inklusif, akan mendorong perkembangan transaksi mata uang lokal di ASEAN dan mengurangi risiko pertukaran mata uang asing atau ketergantungan pada mata uang asing seperti US Dollar. 

Pelaksanaan Regional Payment Connectivity sejatinya telah dilakukan secara bertahap pada negara-negara ASEAN. Kerja sama pembayaran berbasis kode QR antar Indonesia dan Thailand sudah berlangsung sejak akhir Agustus 2022. Selanjutnya pada Mei 2023, Bank Indonesia dan Bank Sentral Malaysia meluncurkan interkoneksi pembayaran antarnegara berbasis kode QR yang semakin mempererat hubungan ekonomi kedua negara dan komitmen terhadap pemulihan ekonomi pasca pandemi yang lebih kuat. Bank Indonesia melaporkan pada 14 November 2022, bersamaan dengan pelaksanaan KTT G20, telah diadakan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) kerjasama Regional Payment Connectivity  antara Bank sentral Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Bank Indonesia.  

Di Indonesia sendiri data menunjukkan adanya tren positif adopsi sistem kode QR dalam transaksi masyarakat sehari-hari. Tercatat jumlah pengguna Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) pada Desember 2022 adalah sebanyak 28,75 juta pengguna, bertambah 15,95 juta pengguna dibandingkan tahun 2021. Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti, dalam kesempatan lain menegaskan bahwa pada April 2023 sudah 25,4 juta merchant UMKM yang memakai QRIS. Hal ini menunjukkan UMKM di Indonesia sudah beradaptasi dengan ekosistem ekonomi digital dan siap dalam mengadopsi konektivitas pembayaran regional ASEAN. 

 Namun demikian, data juga menunjukkan adopsi konektivitas sistem pembayaran antar negara di ASEAN  masih perlu terus dikembangkan. Sebagai gambaran, Bank Indonesia mencatat, pada tahun 2022, turis Indonesia yang bebelanja di Thailand dengan Thai QR Codes mencapai 14.555 transaksi dengan nilai transaksi Rp 8,54 Miliar. Sebaliknya transaksi turis Thailand yang berbelanja di Indonesia dengan QRIS hanya sebanyak 492 transaksi dengan nilai RP 114 juta. 

Ini berarti, inisiasi Bank Indonesia bersama dengan sejumlah Bank Sentral di kawasan ASEAN perlu mendapatkan dukungan yang lebih kuat dari berbagai pihak dan menjadi agenda prioritas. Seperti, dibutuhkan dukungan dari Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta dari dunia perbankan dalam hal mendorong UMKM Indonesia berpartisipasi aktif dalam konektivitas pembayaran regional. Contoh lainnya adalah dukungan dari Kementerian Keuangan, misalnya dari sisi pemberian kemudahan proses Value Added Tax Refund bagi turis asing yang berbelanja di Indonesia dengan memanfaatkan konektivitas pembayaran regional ASEAN, sehingga dapat menjadi insentif tambahan bagi turis di kawasan ASEAN untuk menggunakan kode QR dalam berbelanja yang pada akhirnya meningkatkan roda perputaran ekonomi.

 Bagi Indonesia, inisiasi Bank Indonesia untuk konektivitas sistem pembayaran regional ASEAN adalah isu krusial dan perlu segera didorong implementasinya. Mengingat, Negara-negara ASEAN adalah mitra ekonomi terpenting Indonesia, yang tergambarkan dari data perdagangan luar negeri, kunjungan wisatawan maupun sumber arus investasi luar negeri. Sehingga setiap usaha untuk meningkatkan kerjasama dan integrasi ekonomi dengan negara mitra di ASEAN akan berdampak positif bagi Indonesia. 

Kedepannya ASEAN akan menjadi pasar yang semakin dinamis dengan 660 juta konsumen dan dalam dekade kedepan akan berkembang menjadi ekonomi terbesar ke empat didunia (dibelakang China, Amerika Serikat da Uni Eropa). Sehingga penting bagi UMKM Indonesia untuk mendapatkan akses atas konsumen dikawasan ASEAN. Lebih lanjut, ditengah ketidakpastian global saat ini, penting bagi Indonesia untuk menjaga stabilitas perekonomian, salahsatunya dari sisi mengurangi risiko gejolak nilai tukar dan mengurangi ketergantungan berlebihan pada mata uang US Dollar. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline