Lihat ke Halaman Asli

Yasinta Nur Laila Shafa

Terus mencari dan menggali dalam diri yang hilang

Sejarah Benteng Vredeburg Hingga Menjadi Museum

Diperbarui: 3 Desember 2021   23:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tampilan halaman utama Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta sedang direnovasi (Foto oleh Yasinta Nur Laila Shafa)

Terik matahari terasa menyengat di kulit saat tengah menyusuri Titik Nol Yogyakarta pada pagi hari. Perjalanan berpuluh meter berhasil  ditempuh dengan jalan kaki untuk mendatangi benteng pada masa kolonial yang menyimpan banyak kenangan dan diabadikan dalam benteng ini. 

Tak heran, benteng ini lebih dikenal sebagai museum perjalanan kemerdekaan Indonesia. Tempat yang berada di sisi kanan Titik Nol, berdiri tegak dengan bangunannya yang khas Kolonial Belanda berwarna putih tepat di depan Gedung Agung, dulunya Kantor Bupati di masa kolonial yang sekarang lebih dikenal Istana Negara pada masa PDRI (Pemerintahan Darurat Republik Indonesia).

Hanya bermodal kecintaan terhadap sejarah, dengan pengetahuan yang minim, tidak menyurutkan semangat untuk tetap melangkah menuju benteng yang lebih dikenal museum tersebut. 

Terik matahari yang menyengat di kulit bukan halangan untuk terus berjalan, peluh keringat yang bercucur dalam hijab pun tidak menjadi masalah besar menuju museum. 

Motor dan mobil lalu lalang menghiasi jalanan Titik Nol Jogja, suara klakson mengalun seperti lagu yang menemani diri ini untuk terus menikmati perjalanan menuju museum.

Kaki perlahan mulai melangkah masuk ke halaman utama museum yang luas, halaman utama sedang direnovasi dalam rangka Revitalisasi Museum Benteng Vredeburg. Terus berjalan menuju loket tiket, sebelum menuju loket tiket diarahkan untuk cek suhu dan check in menggunakan aplikasi android karena kondisi dan situasi masih Covid 19, hal yang normal untuk protokol kesehatan di tempat yang dikunjungi. 

Setelah menerima tiket, duduk di bangku depan diorama 2 sembari menunggu pemandu untuk menemani melihat museum. Lagu Indonesia Raya dikumandangkan melalui speaker museum. Lagu kebangsaan lainnya pun juga menyusul bersuara memenuhi seantero museum.

Bermodalkan tiket seharga tiga ribu rupiah, pengunjung dapat memasuki Museum Benteng Vredeburg dan meminta pemandu untuk menemani menyusuri Museum Benteng Vredeburg. 

Penjaga Museum yang ramah menjadi nilai plus Museum ini, pemandu perjalanan pun menjelaskan secara detail mengenai sejarah museum dan mampu menjawab pertanyaan pengunjung.

Ketika masuk disuguhkan pemandangan yang tampak seperti komplek Perumahan Tentara khas Kolonial Belanda. Jika diamati, segi arsitektur Benteng Vredeburg ini persis seperti perumahan dilihat dari bangunan pintu dan jendela. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline