Lihat ke Halaman Asli

Memori Tiang Bambu

Diperbarui: 16 Juli 2023   08:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

"Abdul...kemari, Le" Ibunya memanggil dari ruang tamu.

"Enggeh Mak". Dijawabnya dari kamar sambil bergegas menuju ruang tamu.

"Ini, ada surat undangan upacara hari kemerdekaan dari Pak RT". Dibukanya surat itu dan dibacanya secara perlahan.

"Loh, ini bukan surat undangan, Mak. Isinya surat permohonan menjadi petugas pengibar bendera hari kemerdekaan" Jawab Abdul dengan agak kaget.

"Sudahlah, kamu ikuti saja itu. Nanti malam pergi berlatih sama teman-teman yang lain di lapangan kampung" Bujuk Ibunya sembari membalikkan badan Abdul dan menyuruhnya kembali.

Malam ini Abdul dan kawan-kawan kampungnya sedang berlatih upacara untuk besok. Malam yang begitu sakral. Berselimut cahaya Rembulan yang ditutupi awan tebal. Orang-orang kampung biasa menyebutnya dengan malam tirakatan. Malam ini adalah malam dimana para warga kampung membuat acara doa bersama mengenang jasa-jasa para pahlawan kemerdekaan. Tak hanya berdoa, para warga juga menyelipkan berbagai rangkaian kegiatan seperti pembagian hadiah dan makan bersama. Para ibu-ibu kampung pasti akan sibuk dengan tungku mereka sedari pagi, membuat berbagai macam jajanan dan makanan untuk dibawa saat malam tirakatan ini. Sedang para lelaki akan sibuk menyiapkan tempat dan kebutuhan-kebutuhan acara.

Selepas isya' para petugas yang sudah dipilih oleh ketua RT bersiap unuk melakukan latihan dilapangan desa. Abdul dipilih sebagai pengibar bendera bersama dua rekannya. Di desa ini, setiap tahun para petugas digilir secara bergantian antar RT. Terkadang, jika tidak ada para pemuda yang mahir baris berbaris, ketua RT akan mendatangkan instruktur dari kecamatan. Hal ini dilakukan untuk menghormati hari raya kemerdekaan yang sakral itu.

"Dul, kamu latih itu teman-temanmu. Kamu kan lulusan sekolah mentereng di kota juga sarjana. Hitung-hitung bagi ilmu pada sesama". Pak RT sengaja tidak mendatangkan instruktur karena Bibi Rus telah memberitahunya bahwa keluarga Abdul akan datang. Abdul pun dipilih sebagai instruktur. "

"Kok saya, Pak?. Kenapa tidak yang lain saja. Ada Si Rahmat juga" Elak Abdul.

"Rahmat Absen hari ini" Jawab Pak RT dengan singkat.

Rahmat adalah kawan kampungnya Abdul. Dia sering menjadi pelatih bagi teman-temannya saat ada agenda upacara di kampung ini. Tapi Rahmat sekarang sudah menjadi instruktur dan instruktur tidak akan datang atau ikut campur tanpa adanya surat permintaan yang masuk ke kantor.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline