Lihat ke Halaman Asli

Robert Hubby

Mahasiswa

Konvensi Bahasa Berupa Sastra, Bahasa, dan Budaya

Diperbarui: 4 Juli 2022   17:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam materi teori sastra bahasa Indonesia, ada yang namanya konvensi bahasa. Konvemsi ini dibagi menjadi tiga, yaitu konvensi sastra, bahasa, dan budaya. kalian ingin tau penjelasan lebih lanjut?, mari simak penjelasan dibawah ini.

Konvensi dalam KBBI memiliki pengertian permufakatan atau kesepakatan, dalam pengertian yang lebih luas, konvensi merupakan aturan-aturan atau norma-norma sosial yang sudah di setujui dalam sebuah masyarakat terutama mengenai tradisi adat dan lai sebagaimya.

Konvensi masuk pada ranah sastra pada abad ke-19 yang dimana, itu menyebabkan adanya aturan-aturan yang wajib dipenuhi oleh seorang pengarang. Adapun konvensi dalam sastra dibagi menjadi tiga bagian, yakni, konvensi bahasa, sastra, dan budaya.

Pertama Konvensi Bahasa

Dalam memahami sebuah karya sastra, anda sebagai pembaca harus menguasai berbagai konvensi dalam sastra, baik itu bahasa, sastra, ataupun budaya. Dalam KBBI bahasa memiliki arti yakni sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipakai oleh sebuah anggota atau suatu masyarakat untuk berinteraksi dan bersosialisasi. Dalam bidang sastram konvensi bahasa dapat diartikan sebagai aturan-aturan bahasa dalam sebuah masyarakat yang sudah disepakati bersama, sebuah karya sastra memili bahasa yang berbeda dengan bahasa yang biasa dipakai masyarakat pada umumnya.

Pemufakatan bahasa dalam sastra memiliki sifat yang arbitrer (mana suka), jadi, bahasa yang digunakan dalam sebuah karya sastra itu harus sesuai dengan sistem konvensi bahasa yang dipergunakan, karena demikian itu, seorang pembaca karya sastra atau kritikus karya sastra, dalam menghasilkan makna yang ia baca, harus tunduk pada sistem bahasa yang digunakan dalam karya sastra tersebut, dengan begitu, ia akan mendapatkan makna yang tepat dari teks karya sastra itu.

Kebanyakan seorang sastrawan dalam menulis karya sastra menggunakan bahasa yang menyimpang, tapi, yang sebenarnya terjadi adalah seorang sastrawan dalam menggunakan bahasa, masih ada di dalam ruang lingkup konvensi bahasa yang dipergunakan, karena jika tidak, bahasanya akan tidak komunikatif, berarti makna dari karya sastra tersebut tidak dapat dihasilkan berdasarkan konvensi bahasa yang dipergunakan.

Kedua Konvensi Sastra

Seorang sastrawan selain tunduk dengan konvensi bahasa, ia juga terikat dengan konvensi sastra yang digunakannya. Dengan adanya sistem konvensi sastra disamping Konvensi bahasa, maka ada konvensi tambahan yakni konvensi tambahan kepada konvensi bahsa, konvensi sastra kedudukannya lebih tinggi dari konvensi bahasa. karenanya, akan menimbulkan perbedaan dan pertentangan seperti arti ditingkatkan kepada makna, perbedaan arti dan makna semiotik sastra merupakan yang paLing penting (Riffaterre Via Teew, 1984:99), oleh sebab itu, dalam menghasilkan makna, seorang pembaca selain harus memperhatikan konvensi bahasa, seorang oembaca juga harus memperhatikan konvensi sastra yang terkandung.

Sebagai tambahan yang sepertinya perlu anda ketahui bahwa sebuah sastra biasanya, diciptakan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan. Apakah anda pernah bertanya, mengapa sastra perlu menikmati, memahami, dan memanfaatkan sastra?. Jika iya, maka inilah jawabannya, di dalam sastra mengandung nilai-nilai luhur yang secara konsep menyentuh seluruh kehidupan manusia. Jakob Sumarjo, seorang pelopor kajian filsafat Indonesia dan pemerhati sastra mengatakan bahwa sebuah karya sastra akan ditampilkan sesuai pada zamannya. Sastra merupakan pengaplikasian dari alam pikiran manusia, peristiwa kultural, dan adat istiadat yang memiliki nilai-nilai yang tinggi.

Ketiga Konvensi Budaya

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline