Lihat ke Halaman Asli

yashintaaa

Mahasiswa

Mengulas Penyebaran Islam di Jawa yang Merupakan Bagian dari Perwujudan Islam Nusantara

Diperbarui: 13 Oktober 2024   13:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Penyebaran islam di Indonesia dimulai pada abad ke-12. Jalur masuknya melalui beberapa cara diantaranya: perdagangan, perkawinan, pendidikan, dan kesenian. Islam mudah diterima oleh masyarakat setempat karena ajarannya yang sederhana, tidak mengenal kasta, dan adanya akulturasi budaya. Penyebarannya pun dengan pendekatan yang damai, toleran, dan fleksibel terhadap budaya lokal. Salah satu bukti penyebaran islam di Indonesia yaitu adanya nisan Fatimah binti Maimun di Leran, Gresik tahun 1082 yang berarti islam telah masuk di pulau Jawa. Penyebaran Islam yang dominan di Jawa menghasilkan akulturasi budaya yang beragam karena keduanya saling memengaruhi satu sama lain. Agama sebagai simbol ketaatan pada tuhan dan adanya kebudayaan sebagai corak tradisi dilingkungannya. Tradisi dan kebudayaan yang berkembang antara budaya lokal dan budaya islam antara lain yaitu selametan kelahiran, perkawinan, kematian, dan lain-lain.

                Tokoh-tokoh penyebaran islam di jawa antara lain yaitu Walisongo. “Walisongo” adalah sejumlah wali yang memiliki kontribusi besar dalam penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, Sunan Gunung Djati. Kebudayaan umum masyarakat Jawa dipengaruhi oleh Walisongo, yang memainkan peran penting dalam pembentukan kerajaan Islam di Jawa. Melalui strategi budaya, pernikahan, dan pendidikan, mereka menyebarkan agama Islam di wilayah yang belum memeluk Islam. Selain itu, raja-raja Jawa juga memiliki peran penting dalam penyebaran Islam. Misalnya, Kesultanan Demak yang menjadi pusat penyebaran islam di Jawa pada awal abad ke-16. Sultan Agung dari Mataram juga dikenal karena upayanya mengintegrasikan nilai-nilai Islam pada nasyarakat dan pemerintahan. Kebijakan mereka sering menciptakan sosial yabg mendukung penerimaan agama baru dan memfasilitasi pembentukan lembaga Pendidikan Islam seperti pesantren.

                Perdagangan lintas negeri dari berbagai komunitas bangsa telah berpengaruh besar terhadap pengenalan Islam oleh masyarakat Jawa. Peran dan strategi Walisongo dan beberapa pendakwah lain yang berusaha mempertemukan Islam dan kebudayaan Jawa merupakan titik keberhasilan penyebaran Islam.  Salah satu budaya Jawa yang mencolok adalah munculnya tembang macapat. Yaitu genre sastra Jawa yang mengandung nilai-nilai Islam. Tembang macapat digunakan sebagai alat pendidikan dan penyebaran ajaran agama Islam. Selain fungsinya sebagai hiburan, macapat juga sebagai media dakwah. Akulturasi antara budaya Jawa dan Islm dapat dilihat dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, seperti seni pertunjukan wayang kulit dan ritual-ritual adat. Meskipun ada elemen-elemen budaya lokal yang mungkin bertentangan dengan ajaran Islam, proses akulturasi memungkinkan kedua unsur ini untuk berjalan beriringan tanpa menghilangkan identitas masing-masing

                Secara keseluruhan, perkembangan Islam di Jawa tidak hanya mengubah aspek religius masyarakat tetapi juga memperkaya kebudayaan lokal. Proses akulturasi ini menciptakan perpaduan unik antara tradisi lokal dan ajaran Islam, yang terus mempengaruhi kehidupan sosial dan budaya masyarakat Jawa hingga saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline