Lihat ke Halaman Asli

Yashifa Awaliyah

Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta

Pemikiran Sosiolog Klasik: Karl Marx dan Emile Durkheim

Diperbarui: 13 September 2022   08:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karl Marx dan Emile Durkheim (sumber: biografiasyvidas.com)

 

Perlu kita ketahui, bahwa salah satu akar dalam mempelajari sosiologi ialah teori sosiologi. Teori sosiologi sendiri terbagi menjadi dua yaitu teori sosiologi klasik dan teori sosiologi modern. Akan tetapi, dalam pembahasan kali ini kita akan membahas mengenai teori sosiologi klasik.

Pada dasarnya, teori sosiologi klasik merupakan suatu dasar atau pondasi awal dari perkembangan teori sosiologi. Selain itu, terdapat tokoh-tokoh penting dalam pencetusan teori sosiologi klasik, seperti Karl Marx, Emile Durkheim, dan Max Weber. Namun, dalam artikel ini kita hanya akan membahas pemikiran dari dua tokoh yaitu Karl Marx dan Emile Durkheim. Yuk kita simak bersama.

Karl Marx ( 5 Mei 1818 -- 14 Maret 1883)

Karl Marx adalah seorang sosiolog yang lahir di kota Trier. Semasa hidupnya, Marx sudah membuat banyak karya besar seperti The Manifesto of The Communist Party (1948) dan Das Kapital (1867). Dalam penulisan dua karya tersebut Marx juga mendapat bantuan dari sahabat dekatnya yaitu Friedrich Engels. Bahkan keduanya seringkali disebut sebagai bapak pendiri komunisme.

Setelah kita mengetahui siapa itu Marx, kini saatnya kita membahas pemikiran-pemikiran yang dikemukakan oleh Marx.

1. Dialektika Marx

Dialektika adalah kata yang berasal dari kata yunani yaitu "dialego" yang memiliki makna pembalikan atau perbantahan. Menurut Hegel, dialektika bisa diartikan sebagai tahapan afirmasi (tesis), pengingkaran (antithesis), dan akhirnya sampai kepada integrasi (sintesis). Namun, diantara pemikiran Hegel dan Marx terdapat sebuah perbedaan dalam prinsip ontologis dialektika. Dimana Hegel dengan Dialektika Ide menganggap dunia realitas adalah hasil dari dunia ide (kesadaran). Sedangkan Marx dengan Dialektika Materi menganggap dunia ide (kesadaran) adalah hasil dari dunia realitas.

2. Materialisme Historis dan Dialektis

Pada dasarnya, Marx sesungguhnya menentang pemikiran idealisme sebab unsur dalam idealisme seperti ide, pikiran, atau roh dianggapnya tidak bisa mengubah masyarakat. Oleh sebab itu, Marx menyampaikan pemikirannya bahwa yang bisa mengubah masyarakat adalah materialisme.

  • Materialisme Historis, merupakan sebuah interpretasi tentang kehidupan masyarakat berlandaskan pada materi. Asumsi yang mendasarinya yaitu terlihat dari cara individu dalam menyediakan kebutuhan material mereka, sejarah manusia yang digerakan oleh banyak kegiatan produksi (memenuhi kebutuhan), dan kekuatan produksi yang terletak pada alat, mesin, maupun pabrik.
  • Materialisme Dialektis, merupakan sebuah interpretasi atas fenomena alam yang terjadi berlandaskan pada materi. Asumsi yang mendasarinya yaitu benda adalah suatu kenyataan pokok yang objektif, pengetahuan realitas tidak dapat dipisahkan dengan kesadaran manusia, kenyataan obyektif merupakan penentu akhir terhadap ide, dan meyakini kebudayaan akan mengalami kemajuan. Selain itu, terdapat empat asas dalam materialisme dialektis yaitu gerak, berelasi, perubahan dari kuantitatif kepada kualitatif dan sebaliknya, serta kontradiksi.
  • Kerangka Struktur Masyarakat Marx
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline