Lihat ke Halaman Asli

Yasfin Nisa

Mahasiswa

"Kena: Bridge of Spirits," Hadirkan Unsur Seni Indonesia

Diperbarui: 31 Agustus 2022   12:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kena: Bridge of Spirits. Sumber foto: Steam

Game buatan Ember Lab satu ini menghadirkan seorang perempuan bernama Kena yang berperan sebagai pemandu para roh. Peran ini ia dapatkan dari ayahnya yang juga seorang pemandu para roh. Salah satu tugas pemandu roh ini adalah memulangkan para roh agar bisa hidup tenang setelah nyawa mereka dicabut.

Tujuan Kena awalnya ingin mencari kuil gunung suci. Dalam perjalanannya, Kena bertemu roh dikenal sebagai Rot dengan perawakan seperti makhluk kecil berwarna hitam, yang akan mendampingi dan membantunya. Selain Rot, Kena bertemu roh kakak-adik bernama Beni dan Saiya yang berusaha mencari keberadaan kakak tertuanya, Taro yang terjebak di dalam hutan, dengan imbalan akan mengantarkan Kena ke tempat tujuannya.

Kena bertemu Beni dan Saiya. Sumber foto: Epic Games

Perjalanan itu membawa Kena melihat keadaan hutan dan tempat tinggal mereka mengalami serangan oleh roh jahat. Suasana mencekam menghampiri mereka dan tidak lupa serangan dari roh jahat yang berusaha mengalahkan Kena agar tidak mengganggu wilayah mereka. Pembasmian roh jahat ini bisa juga dilakukan dengan menggunakan kumpulan Rot yang bisa ditemukan pada tumpukan beberapa barang yang tersebar selama perjalanan.

Desa tempat tinggal Beni dan Saiya. Sumber foto: Epic Games

Sumber foto: Epic Games

Setelah mendalami keadaan tempat tinggal roh kakak-adik tersebut, Kena bertemu salah satu tetua, Zajuro, yang akan memberikannya petunjuk dalam menuntaskan semua roh jahat pada wilayah mereka agar bisa mencapai tujuan utamanya. Dan petualang membasmi roh jahat juga menyembuhkan lingkungan pun dimulai.

Tidak hanya menghadirkan pemandangan indah, beberapa orang Indonesia turut terlibat dalam pembuatan game pada bidang musik dan pengisi suara. Latar belakang musik yang terdengar berasal dari alat-alat musik tradisional seperti angklung, suling, dan gamelan. Beberapa bangunan seperti pura kerap terlihat pada game ini. Pengisi suara pemeran utama juga berasal dari Indonesia, yaitu Dewa Ayu Dewi Larassanti.

Sumber foto: Instagram @dwayu_larassanti

Walaupun game ini menghadirkan nuansa Indonesia, tetapi sayangnya developer game bukan berasal dari dalam negeri. Game yang terbit pada 21 September 2021 ini mendapatkan skor 4,7 pada situs Epic Games. Semoga di masa depan developer-developer game Indonesia bisa membuat game seperti ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline