Dalam berbagai ayat Al-Quran, Allah SWT menjelaskan tentang keberagaman manusia dalam suku, bangsa, dan bahasa. Konsep ini menjadi titik fokus penting dalam Tafsir Muhammadiyah, sebuah karya tafsir yang menggunakan pendekatan kontekstual dan ilmiah untuk menjelaskan pesan-pesan Al-Quran secara lebih mendalam. Salah satu aspek yang ditekankan dalam tafsir ini adalah pentingnya penghargaan terhadap keragaman manusia sebagai bagian dari rencana Ilahi yang mengagumkan.
Keberagaman sebagai Sunnatullah
Allah SWT menciptakan manusia dalam bentuk yang beragam, dengan berbagai suku dan bangsa. Tafsir Muhammadiyah mengajarkan bahwa perbedaan ini bukanlah untuk menyebabkan permusuhan, tetapi sebagai manifestasi kebesaran Allah yang harus dihormati dan diapresiasi oleh umat manusia. Surat Al-Hujurat (49:13) mengingatkan kita bahwa perbedaan suku dan bangsa hanyalah sebagai pelengkap untuk saling mengenal dan saling memahami:
يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقۡنٰكُمۡ مِّنۡ ذَكَرٍ وَّاُنۡثٰى وَجَعَلۡنٰكُمۡ شُعُوۡبًا وَّقَبَآٮِٕلَ لِتَعَارَفُوۡا ؕ اِنَّ اَكۡرَمَكُمۡ عِنۡدَ اللّٰهِ اَ تۡقٰٮكُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيۡمٌ خَبِيۡرٌ
Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
dalam ayat ini, menurut KH. Tafsir, (salah satu tokoh muhammadiyyah) menjelaskan terdapat beberapa hal yang harus dipahami terlebih dahulu sebelum ataupun ketika melakukan dakwah.
Pertama, ayat ini diawali dengan seruan secara ‘am atau umum yakni dengan frasa يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ. Hal ini menandakan bahwasanya sebelum atau ketika berdakwah, seorang dai harus لِتَعَارَفُوْا mengenal (memahami) manusianya (نَّاسُ) terlebih dahulu. Bahkan menurut beliau, dakwah harus memahami manusia. Memahami seperti apa? Memahami di sini menurut hemat penulis diartikan sebagai memahami karakteristik dan sosiokultur manusia sebagai objek dakwah itu sendiri.
Kedua, masih berkaitan dengan poin diatas, KH Tafsir menyampaikan bahwa tidak cukup hanya memahami manusia. Lantas apa segmen lain yang harus dipahami? Hal ini diperjelas pada frasa شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ. Dalam memahami objek dakwah, perlu juga memahami bangsa; kelompok; dan sukunya.
Penghormatan terhadap Keragaman
Tafsir Muhammadiyah menegaskan pentingnya menjaga persaudaraan universal di antara manusia, tanpa memandang suku, warna kulit, atau latar belakang etnis. Penghormatan terhadap keragaman ini sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan persamaan hak dan kewajiban di hadapan Allah SWT. Rasulullah Muhammad SAW juga menekankan pesan ini dalam pidatonya di Padang Arafah, menjelang wafatnya:
يَا أَيُّهَا النَّاُس، إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ، وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ، أَلاَ لاَ فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى أَعْجَمِيٍّ، وَلاَ لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ، وَلاَ لأَحْمَرَ عَلىَ أَسْوَدَ، وَلاَ أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ إِلاَّ بِالتَّقْوَى