Lihat ke Halaman Asli

Yardan Zahir

Mahasiswa Ilmu Sejarah Unnes

Pragmatisme dan Materialistis: Apakah Menjadi Faktor Utama Menurunnya Minat Mahasiswa Berpartisipasi dalam Organisasi Kemahasiswaan di Kampus?

Diperbarui: 17 Oktober 2024   14:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Organisasi Kemahasiswaan merupakan salah satu wadah bagi mahasiswa di suatu kampus untuk mengembangkan bakat, minat, inovasi,kreativitas, aspirasi, serta gagasan-gagasan postif, dengan kata lain organisasi mahasiswa merupakan medium untuk meningkatkan kapasitas kemahasiswaannya dalam bidang akademik dan non akademik.

Terdapat banyak organisasi kemahasiswaan yang ada di setiap kampus di Indonesia yang terbagi menjadi dua, yakni organisasi intra kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi intra kampus merupakan organisasi yang memiliki kedudukan resmi di lingkungan kampus contohnya seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Himpunan Mahasiswa Jurusan (Hima), Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), sedangkan organisasi ekstra kampus merupakan  merupakan organisasi independen yang tidak berada di bawah naungan perguruan tinggi, serta jangkauan keanggotaannya luas contohnya seperti Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)

Namun dalam beberapa waktu belakangan organisasi mahasiswa di kampus mulai kehilangan peminatnya. Menurunnya semangat mahasiswa untuk mengikuti organisasi kampus dan kecenderungan mereka menjadi lebih pragmatis serta materialistik mencerminkan perubahan signifikan dalam dinamika kehidupan mahasiswa di era modern. Fenomena ini dapat dilihat dari berkurangnya minat mahasiswa untuk terlibat dalam kegiatan yang memerlukan komitmen jangka panjang, seperti organisasi kemahasiswaan, dan meningkatnya fokus mereka pada hasil instan yang sering kali diukur dengan aspek material dan keuntungan praktis.

Salah satu faktor yang mempengaruhi hal ini adalah perubahan paradigma pendidikan tinggi dan harapan masyarakat terhadap mahasiswa. Di masa lalu, mahasiswa sering dipandang sebagai agen perubahan sosial dan politik, yang aktif memperjuangkan keadilan, hak-hak demokratis, serta perbaikan kondisi sosial. Organisasi kampus menjadi tempat berkembangnya pemikiran kritis dan kepemimpinan, di mana mahasiswa berkolaborasi untuk memperjuangkan isu-isu penting yang melampaui kehidupan kampus. Namun, di masa sekarang, tujuan kuliah sering kali dilihat lebih pragmatis: untuk mendapatkan gelar, pekerjaan yang layak, dan kehidupan yang stabil secara finansial. Pergeseran ini menyebabkan banyak mahasiswa lebih fokus pada pencapaian individu dan material, seperti mendapatkan nilai yang baik, membangun jaringan profesional, dan mengumpulkan pengalaman kerja yang langsung bermanfaat di pasar kerja.

Faktor ekonomi juga memainkan peran penting. Dalam kondisi ekonomi yang semakin sulit, banyak mahasiswa menghadapi tekanan untuk segera menyelesaikan studi dan memasuki dunia kerja. Mahasiswa sering kali harus membagi waktu antara kuliah dan pekerjaan sampingan, sehingga terlibat aktif dalam organisasi kampus yang menuntut waktu dan energi terasa kurang prioritas. Alih-alih bergabung dengan organisasi yang mungkin lebih berorientasi pada pengembangan karakter atau advokasi, mereka memilih kegiatan yang memberikan hasil lebih cepat dan langsung, seperti magang berbayar atau pekerjaan paruh waktu. Kebutuhan finansial ini mendorong sikap pragmatis dan sering kali menumbuhkan pandangan materialistik terhadap waktu yang mereka habiskan di kampus.

Selain itu, perkembangan teknologi dan media sosial juga berkontribusi pada perubahan ini. Dengan mudahnya akses informasi, hiburan, dan komunikasi, mahasiswa cenderung lebih banyak menghabiskan waktu di dunia digital dibandingkan dunia nyata. Mereka lebih tertarik dengan kegiatan yang memberikan pengakuan instan, seperti popularitas di media sosial atau penghasilan dari aktivitas online, daripada keterlibatan di organisasi yang mungkin memerlukan waktu lebih lama untuk memberikan dampak nyata. Media sosial juga menciptakan standar baru tentang kesuksesan dan kebahagiaan, yang sering diukur dari aspek material dan penampilan, bukan dari kontribusi sosial atau intelektual.

Organisasi kemahasiswaan yang dulunya menjadi arena pengasahan soft skills seperti kepemimpinan, kerja tim, dan pemikiran kritis, kini sering dianggap tidak relevan atau terlalu memakan waktu oleh sebagian mahasiswa. Mereka cenderung melihat pengalaman yang mereka peroleh dari organisasi sebagai sesuatu yang tidak langsung menghasilkan manfaat material, seperti gaji atau pengakuan profesional. Ini membuat banyak mahasiswa enggan terlibat dalam kegiatan yang tidak memberikan keuntungan praktis dalam jangka pendek.

Namun, perubahan ini perlu disikapi dengan bijak. Meski pragmatisme dan materialisme mungkin terlihat sebagai respons wajar terhadap tuntutan zaman, keterlibatan dalam organisasi kampus memiliki nilai jangka panjang yang tidak selalu dapat diukur secara materi. Organisasi kampus masih menawarkan ruang bagi mahasiswa untuk mengembangkan empati, pemikiran kritis, kepemimpinan, dan jaringan sosial yang lebih dalam. Keterlibatan dalam organisasi juga dapat membentuk karakter mahasiswa menjadi individu yang lebih peduli terhadap lingkungan sosialnya dan lebih siap menghadapi tantangan yang kompleks di masa depan.

Oleh karena itu, penting untuk mendorong keseimbangan antara pencapaian material dan pengembangan karakter serta intelektual. Mahasiswa perlu disadarkan bahwa berorganisasi bukan sekadar aktivitas tambahan, tetapi bagian penting dari proses pembentukan diri yang lebih holistik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline