Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Ainul Yaqin

Dosen Teknik Informatika Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Bentengan vs Gadget: Siapa yang Lebih Kuat di Hati Anak-Anak?

Diperbarui: 23 Desember 2024   13:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi permainan tradisional | Sumber: Meta Whatsapp Application

Saat ini, kita hidup di era di mana anak-anak lebih akrab dengan kata "level up" daripada "hom pim pa". Jangan heran kalau mereka lebih tahu cara main Minecraft daripada engklek. Tapi tenang, kita masih bisa menyelamatkan permainan tradisional ini, sambil menanamkan nilai-nilai karakter yang keren di jiwa anak-anak kita. Siap? Yuk, mulai!

Permainan Tradisional: Antara Masa Lalu dan Masa Kini

Dulu, gobak sodor, bentengan, dan cublak-cublak suweng adalah "game of the year" sepanjang masa. Tapi sekarang, mereka seperti artis jadul yang mulai dilupakan. Menurut MR, M. H. (2021), kemajuan teknologi bikin permainan tradisional tergeser oleh game modern. Anak-anak lebih tertarik dengan gadget daripada bermain di lapangan.

Padahal, permainan tradisional ini nggak cuma seru, tapi juga sarat nilai-nilai karakter. Gobak sodor, misalnya, ngajarin kerjasama, kejujuran, dan strategi (Nugrahastuti et al., 2016). Siapa sangka, main kejar-kejaran ternyata bisa bikin kita belajar jadi pemimpin, lho!

Gadget: Si Penggoda yang Bikin Anak Betah di Rumah

Mari kita bicara serius. Gadget memang serba bisa: buat belajar, hiburan, sampai stalking akun crush. Tapi, anak-anak yang kebanyakan main gadget bisa kecanduan dan itu nggak baik. Yaqin et al. (2023) mencatat bahwa pandemi memperburuk kecanduan ini karena sekolah daring. Solusinya? Ajak mereka main permainan tradisional!

Festival permainan tradisional yang mereka adakan sukses bikin anak-anak kembali main di luar dan lupa gadget sejenak. Bayangkan, main ular naga sambil lari-larian jauh lebih menyenangkan daripada scroll TikTok sampai lupa waktu, kan?

Menghidupkan Kembali Permainan Tradisional dengan Gaya Kekinian

Oke, mari kita bicara soal inovasi. Permainan tradisional sebenarnya bisa tetap relevan kalau kita kasih sentuhan modern. Misalnya, bikin "Gobak Sodor AR" (Augmented Reality) atau "Cublak-Cublak Suweng Challenge" di media sosial. Anak-anak jadi lebih tertarik kalau ada unsur kekinian, setuju?

Tapi jangan lupa, esensi dari permainan tradisional harus tetap dijaga. Menurut Yoga Brata Susena et al. (2021), gobak sodor nggak hanya soal lari-larian. Permainan ini juga mengasah motorik, kemampuan berpikir, dan keterampilan sosial. Dengan kata lain, gobak sodor adalah "gym gratis" untuk anak-anak!

Oh ya, buat para orang tua, ini tips jitu: ikut main! Anak-anak bakal lebih semangat kalau ayah-ibu turun tangan. Bayangkan momen seru main bentengan bareng keluarga, pasti lebih hangat daripada nonton serial drama Korea sendirian.

Nilai Karakter dari Permainan Tradisional: Serius Tapi Fun

Nggak perlu ceramah panjang lebar soal nilai-nilai hidup. Cukup ajak anak-anak main permainan tradisional, dan mereka akan belajar nilai-nilai itu secara alami. Misalnya, dari permainan engklek, anak-anak belajar kedisiplinan dan ketangkasan (Nugrahastuti et al., 2016).

Atau coba main "kucing tikus," permainan yang sering dimainkan di Semarang (Anggita, 2018). Di sini, anak-anak belajar soal kerja sama tim dan strategi. Jadi, daripada beli buku self-help mahal, ajak anak-anak main aja. Nilai hidupnya nggak kalah berfaedah kok!

Permainan Tradisional: Warisan Budaya yang Harus Dilestarikan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline