Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Ainul Yaqin

Dosen Teknik Informatika Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Dari Kristal ke Graph: Ketika Atom, Simetri, dan AI Bersatu Mengubah Dunia Material

Diperbarui: 10 Desember 2024   11:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.bing.com/images/create/

Dunia Kristal yang Lebih Kompleks dari Hati Mantan

Halo para pembaca yang haus akan pengetahuan, atau mungkin hanya sekadar terjebak membaca artikel ini! Kali ini kita akan membahas hal yang mungkin lebih kompleks dari plot twist drama Korea, yaitu struktur kristal. Tapi tenang, kita akan membuatnya lebih menyenangkan.

Kalian mungkin bertanya-tanya, "Apa sih hubungan kristal dengan graph? Bukannya graph itu buat bikin diagram nilai semester?" Eh, salah besar, Sob! Ternyata, struktur kristal, yang biasanya diasosiasikan dengan berlian mewah atau garam dapur, memiliki hubungan erat dengan teori graph. Yup, graph yang biasanya kita lihat dalam bentuk titik-titik dan garis-garis itu ternyata bisa digunakan untuk memprediksi sifat material.

Mengapa Harus Graph?

Mari kita analogikan. Kalau kristal itu kayak kota besar, maka setiap atom di dalamnya adalah rumah, dan ikatan antar atom adalah jalanan. Nah, kita butuh peta, kan, buat tahu gimana jalanan itu menghubungkan rumah-rumah? Itulah gunanya graph. Dengan kata lain, graph adalah peta yang memetakan hubungan antara atom dalam kristal.

Dalam dunia nyata, menentukan sifat material kristal bisa ribet banget. Biasanya, ilmuwan menggunakan metode seperti Density Functional Theory (DFT), yang selain mahal, juga makan waktu. Tapi, dengan memanfaatkan Graph Neural Networks (GNN), proses ini jadi lebih cepat dan efisien. Menurut Balasingham dkk. (2024), Crystal Graph Convolutional Neural Network (CGCNN) adalah salah satu inovasi yang berhasil membuat representasi struktur kristal lebih efektif.

Masuk ke Dunia PDD (Point-Wise Distance Distribution)

Bayangkan kamu lagi bermain hide and seek. Kamu menghitung jarak dari tempat kamu berdiri ke semua tempat persembunyian teman-temanmu. Nah, konsep Point-Wise Distance Distribution (PDD) mirip dengan itu. Setiap titik dalam kristal dihitung jaraknya ke tetangga-tetangga terdekatnya.

PDD ini invarian terhadap rotasi dan translasi, yang artinya, meskipun kristalnya diputar-putar atau digeser, hasilnya tetap sama. Ini penting banget karena kristal itu ibarat mantan yang suka pindah tempat tapi tetap bikin kamu ingat, kalau struktur dasarnya tetap sama.

Selain itu, PDD ini membantu komputer memahami kristal dengan lebih baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa representasi PDD mampu meningkatkan akurasi prediksi sifat material dibandingkan metode sebelumnya.

Transformasi Periodik dan Superhero Baru: Matformer

Setelah kita kenalan sama CGCNN, sekarang kita akan ketemu sama Matformer. Nama yang keren ini bukan robot di film-film, tapi transformer yang mampu memahami pola periodik dalam kristal.

Matformer ini cerdas banget karena bisa menangkap pola berulang dalam kristal. Jadi, kalau kamu punya kristal yang mirip seperti pola batik, dia bisa mengenali dan memprediksi sifatnya hanya dengan melihat pola tersebut. Menurut Keqiang dkk. (2022), tanpa memahami pola periodik ini, prediksi sifat kristal akan berantakan.

Grafik Multiplex: Ketika Kristal Butuh Banyak Perspektif

Kalau kamu berpikir bahwa memahami kristal hanya dengan satu sudut pandang itu sudah cukup, kamu salah besar! Sama seperti hidup yang kadang perlu dilihat dari berbagai sisi, memahami kristal juga membutuhkan pendekatan multiperspektif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline