Lihat ke Halaman Asli

Yuanita AprilandiniSiregar

Dosen Sosiologi UNJ

Pentingnya Sensitivitas Gender di Era Pandemi Covid-19

Diperbarui: 3 November 2020   16:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Program pelatihan "Menumbuhkan dan Meningkatkan Sensitivitas dan Keadilan Gender" dilakukan oleh Program studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Uiversitas  Negeri Jakarta pada hari Sabtu 17 Oktober 2020 secara daring dengan Al Irsyad Al Islamiyyah cabang Bogor. Kegiatan Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman, kesadaran dan sikap kritis kepada perempuan peranakan Arab,   serta mensosialisasikan nilai-nilai kesetaraaan dan keadilan gender di dalam organisasi Al Irsyad.

Pelatihan ini menggunakan empat metode , yakni Ceramah dan Tanya Jawab secara daring. Pada kegiatan pelatihan, tim berusaha agar proses pelatihan berjalan secara komunikatif. Peserta pelatihan bisa bertanya lebih dalam mengenai seputar hambatan yang dialami kaum perempuan untuk berkiprah dan menjadi pemimpin di dalam organisasi.  Diharapkan  setelah ikut pelatihan, para peserta dapat meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik mampu menyerap pengetahuan yang didapat, menghasilkan kaderisasi dan pemimpin perempuan yang kritis dan memiliki perspektif gender sehingga dapat mengubah kultur patriarki di dalam organisasi Al Irsyad dan menghidupkan kembali peran perempuan sebagai refleksif self, yakni agen perubahan sekaligus sebagai agen edukasi gender di dalam masyarakat.

Rekfleksif self juga memiliki makna menghasilkan karakter kritis, berani merubah kondisi yang dianggap tidak benar, melakukan inovasi sehingga mampu bertahan dalam kondisi yang sulit. Dalam kondisi pandemi covid-19 ini pelatihan sensitivitas gender juga dapat memberikan kontribusi untuk menghasilkan kaum perempuan yang mampu bertahan ditengah kondisi yang sulit.

Beberapa informan perempuan yang mengikuti pelatihan juga memiliki pekerjaan untuk menutup kebutuhan hidup sehari-hari. Mereka juga mejadi pencari nafkah utama ketika suami mereka terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).

Mereka paham ada faktor kultural dan keagamaan  yang membatasi ruang gerak mereka. Tetapi mereka juga dihadapkan pada kondisi dan situasi sulit ketika harus mencari nafkah untuk keluarganya saat pandemi ini.

Sudah saatnya kaum perempuan (peranakan Arab) dapat melakukan refleksif self demi kemajuan orgainsasi dan potensi dirinya. Pihak laki-laki, seperti sosok ayah, suami, dan saudara laki-laki diharapkan membantu proses refleksif self kaum perempuan ini. Karena sesungguhnya laki-laki dan perempuan diciptakan untuk saling melengkapi dan mendukung potensi terbaik dari versi masing-masing dirinya tersebut. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline