Lihat ke Halaman Asli

Bahasa dan Cara Kerja Pikiran: Jika Ada Semangat, Buat Apa Jangan Menyerah?

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

"Bahasa menunjukkan dari mana orang itu berasal dan kemana mereka menuju"

Rita Mae Brown

Anda mungkin akrab dengan pameo: bahasa menunjukkan kepribadian bangsa. Yang sering terlewatkan adalah bahwa bahasa juga membentuk kepribadiannya. “Meski kata mudah diucapkan, namun gemanya akan selamanya,” kata Bunda Theresa. Gema-gema dalam diri manusia yang lantas menciptakan kepribadian.

Lalu bagaimana melakukan pemrograman kepribadian dengan bahasa? Seperti seorang programer yang mengetik skrip, anda harus memasukkan input yang tepat jika menginginkan output yang benar. Semua ada “sintaksnya”. Namun, sebelum bicara tentang sintaks atau aturan mainnya, mari kita selami alam bawah sadar milik Sigmund Freud, bapak psikologi modern.

Alam Sadar Vs Alam Bawah Sadar

Sejak Sigmund Freud, pada 1899, memperkenalkan psikoanalisis kepada dunia, manusia lebih “mengenali” jiwanya. Melalui cabang ilmu psikologi ini, Freud mempublikasikan konsep alam bawah sadar, yang menurut penelitiannya, mengendalikan sebagian besar perilaku (output).

Freud mengumpamakan pikiran manusia seperti gunung es. Di mana puncaknya sebagai alam sadar dan bongkahan yang terbesar di bawah air adalah alam bawah sadar. Dua belas persen berbanding delapan puluh delapan persen.

Permasalahan timbul karena pikiran bawah sadar menyeragamkan input yang benar dan yang salah. Seorang anak yang rajin dapat malas belajar setelah orang tuanya menyebutnya bodoh. Dan jika Anda mengkritik orang-orang  berbahasa kasar, Anda dapat menjadi seperti apa yang Anda kritik bila setiap hari berinteraksi.

Pikiran bawah sadar juga menyamakan imajinasi dengan kenyataan. Contohnya, jika Anda jatuh sakit dan Anda katakan bahwa Anda akan meninggal hari ini, sakit Anda mungkin bertambah parah. Padahal Anda hanya membayangkannya.

Ia menyimpan setiap apa yang Anda lihat, dengar, ucapkan, pikirkan, dan rasakan dengan kelima indera. Menyerapnya seperti spons. Sementara pikiran sadar menganalisa, pikiran bawah sadar akan menerima bulat-bulat apa yang Anda terima sebagai input seperti gudang informasi. Bila terjadi pengulangan input, maka input tersebut dapat berubah menjadi sikap, dorongan, keinginan, dan hasrat.

"Alam bawah sadar adalah sumber dari motivasi dan dorongan yang ada dalam diri kita, apakah itu hasrat yang sederhana, seperti makanan dan seks, atau motif yang mendorong seniman berkarya," ujar Freud

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline