Rintihan tangis pilu di sore itu
Tetesan kalbu jatuhkan pancaran makna baru
Gelorakan rindu seorang kecil kepada sang besar
Bawakan rentetan elegi yang tiada akhir
Rona pucat bergetar menggigil dingin
Tubuh kecil menyeretkan harapan pada jalan
Hempasan nafas kotor kerap terucap
Hiasi setiap harimu yang penuh pengharapan
Bocah kecil di seberang sana
Merengek- merengek…..
Tatapan kosong terpahat di ukiran wajahnya yang polos
Sesekali senyum dan tawa hilang gundah gulana
Dosakah ibumu ?......
Dosakah bapakmu ?.....
Yang telah biarkan tubuh kecilmu itu terlepas
Lari dari indahnya kasih sayang mereka
Terik panas siang tadi tak kau hiraukan
Kecil lebam yang menengadahkan tangan
Seakan kau pasrahkan perasaan batinmu
Meski terkadang pahitnya jalanan kau dapatkan
Ini bukan salahmu nak….
Ini bukan kehendakmu kawan….
Semua ini karena ketidakadilan negerimu
Yang selalu abaikan dan telantarkan dirimu
Apakah negeriku kan hidup merana seperti ini terus ?...
Siapa yang salah ?...
Mari kita bertanya dan mengetuk pintu hati kita
Sudah layakkah kita disebut seorabg manusia ?....
Jangan lunturkan harapan mereka
Masih ada secercah cahaya dari bilik sana
Tegakkan niat wahai kawan jalanan
Dirimu bukan seonggok yang terbuang
Tapi dalam dirimu tersimpan pesona yang kan merubah ini semua…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H