Lihat ke Halaman Asli

Yanuardi NurRamadhan

MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA

Bucin dalam Kehidupan Sebelum Nikah

Diperbarui: 15 April 2021   13:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Dokumentasi Pribadi

Bucin atau budak cinta merupakan salah satu fenomena yang kini menjadi istilah trend di kehidupan kita. Perlu diketahui, apa sih itu ‘bucin’ budak cinta. Maksudnya seperti apa? 

Saat ini penulis belum menemukan artikel atau jurnal resmi dan terpercaya mengenai fenomena mengenai penamaan budak cinta ini sendiri. 

Apabila mengutip dari sindonews.com, istilah ‘bucin’ atau budak cinta dipopulerkan oleh dua orang kakak beradik yang menjadi youtuber. Andovi dan Jovi dalam kanal Youtube ‘SkinnyIndonesia24’ yang disebutkan dalam konten youtube mereka.

Penggunaan kata bucin ini kini banyak dipakai untuk orang-orang yang terlalu sayang dengan orang yang mereka sukai, semisal pacar atau gebetan. 

Sebenarnya bucin adalah sesuatu yang wajar apabila digunakan dengan orang yang tepat; yaitu kehidupan setelah mengucapkan ‘sah’ ketika akad. 

Kehidupan setelah pernikahan ketika diwarnai dengan saling mencinta itu lebih baik dan tidak terlalu merugikan karena mereka sudah menjadi keluarga yang sudah seharusnya saling sangat menyayangi. Hal ini berkaitan dengan saling mengasihi tetapi dengan konteks nalar dikedepankan. 

Bucin akan sangat berbeda ketika dipraktekkan kedalam kehidupan pra-nikah. Dimana kebanyakan dalam hal ini salah satu pihak akan sangat dirugikan.

Bucin bisa diartikan juga menghamba pada si kekasih, lebih mementingkan apapun demi kekasihnya merasa senang. Kebanyakan dari orang-orang ini merasa bahwa hidupnya tergantung dengan perhatian sang kekasih.

Bucin juga bisa disebut sebagai sebuah kecanduan, seperti dalam dimuat di jurnal Philosophy, Psychiatry, & Psychology. Bahwasanya cinta itu membuat ketagihan, dan hal itu terkadang sukar untuk dibedakan antara kecanduan dan cinta yang melebih-lebihkan. 

Terkadang dari kita membela bahwa hal itu bisa menjadi hal yang positif, tetapi ketika kita telaah lebih lanjut lagi, keuntungan yang ditimbulkan biasanya hanya mengacu pada salah satu pihak. 

Menurut penelitian dari jurnal Frontiers Psychology, cinta romantis digambarkan sebagai rasa candu yang alami karena menimbulkan berbagai efek yang bersifat seperti kecanduan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline