Bank Indonesia beberapa waktu terakhir memberikan pernyataan bahwa pihaknya akan mendukung penuh berbagai transaksi non tunai (cashless), seperti menggunakan layanan fintech, M-Banking dan sebagainya.
Kenapa? karena dengan kecanggihan teknologi seperti sekarang ini, atau dalam hal ini berkembangnya fintech di Indonesia, setidaknya akan menjadi solusi untuk menghemat biaya percetakan uang baru senilai triliunan rupiah.
Tapi sayangnya, tanpa kita sadari, euforia-euforia kemudahan bertransaksi ini semacam hanya mampu dinikmati oleh masyarakat urban atau perkotaan. Masyarakat yang ada di pedesaan pun yang sudah tertinggal makin tertinggal dengan kemajuan teknologi ini.
Namun, kita tahu, beberapa waktu yang lalu. Salah satu platform digital atau lebih khusus dompet digital DANA menyasar orang-orang warga yang ada di pedesaan.
Bagi penulis ini keren. Karena, sudah saatnya kita juga memperluas manfaat kemudahaan ini kepada siapapun. Dengan Dompet Digital DANA yang akan lebih menyasar dan memudahkan masyarakat yang di daerah 3T ini setidaknya akan membalikkan fakta bahwa pembangunan ekonomi tidak akan membuat masyarakat di pinggiran akan semakin terpinggirkan.
Dari pengalaman penulis, ketika mengikuti sebuah program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di pelosok Kabupaten Malang, untuk mengakses ATM saja harus menempuh sekian kilometer, alias mendaki gunung dan melewati hutan-hutan belantara. Itu pun, hanya ada 1 macam bank yang tersedia.
Ini kemudian menjadi pertanyaan, lalu sampai kapan kita mau ngomongin pembangunan ekonomi tapi ninggalin orang-orang seperti mereka yang malah sebenernya paling berkontribusi menggerakkan ekonomi.
Dan penulis sangat mengapresiasi DANA yang memberikan gebrakan NO ONE LEFT BEHIND ini, semacam menjadi jawaban pertanyaan di atas. Dan juga, sudah saatnya platform lain juga harus memikirkan ini seperti apa yang dilakukan Dompet Digital DANA. Bravo!