Lihat ke Halaman Asli

Mungkin, bagi Saya Ini Kesempatan Kedua untuk Hidup

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Njenengan nabrak nopo niki pak?"

Begitulah kalimat pertama yang terucap dari teknisi bengkel motor Yamaha Pingit Yogyakarta ketika melihat kondisi MIO biru milik saya. Dahi pak Sulaeman (teknisi itu) berkerut lantaran mendapati stang motor patah menjadi dua bagian.  Saya pun menjawab bahwa saya tidak menabrak apapun. "Mboten nabrak nopo-nopo pak" Kata saya. Meski saya sudah menjelaskan namun pak Sulaeman sepertinya masih keheranan. Beliau lalu berkomentar bahwa stang motor patah pantasnya karena hasil tabrakan.

Ceritanya, pagi-pagi di hari Sabtu 13072013, sekira jam 7 kurang lima menit, saya sudah siap untuk berangkat ke kampus lantaran jam 7 pagi kudu mengajar. Ketika saya mengeluarkan Mio dari dalam rumah, entah mengapa terdengar suara krek…lalu stang motor terkulai. Alamak, ini pertanda stang patah. Nah lho…gimana bisa dikendarai? Duh Gusti ya Alloh aku numpak opo nek koyo ngene iki. Mungkin Alloh SWT masih mendengar keluhan saya. Walau stang patah tapi masih bisa dikendarai meski dengan kecepatan pelan. Rencananya, sehabis dari kampus akan saya las stang yang patah itu.

Di kampus, saya mengajar hingga jam 12.30. Setelah itu sesuai rencana, saya ambil motor untuk ke bengkel las. Tak seperti paginya yang masih bisa dikendarai, kali ini motor Mio saya betul-betul tak mau diajak kompromi. Motor saya teronggok lesu tak bisa maju ataupun mundur. Motor diam di tempat. Stang motor yang patah betul-betul menjadikan motor saya tak bernilai, rasa-rasanya sepeda siomay lebih berharga ketimbang motor itu. Ya sudahlah…..atas saran beberapa karyawan, saya bawa saja ke bengkel motor.

***
Di bengkel, merenunglah diri ini sembari menunggu stang motor diganti. Barangkali ini merupakan kesempatan kedua yang diberikan Alloh pada saya untuk tetap hidup. Ataukah mungkin kesempatan ketiga, keempat atau keberapapun? Mengapa demikian? Andaikan saja....ini andaikan saja lho. Andaikan saja stang motor itu patah ketika saya kendarai, saya tak tahu apa jadinya. Mungkin akan terjadi kecelakaan hebat yang menimpa saya (ah lebai….) (....biarin).

Barangkali Alloh SWT memberikan kesempatan kedua bagi saya. Alloh masih memberikan kesempatan bagi saya untuk beramal soleh, mengamalkan ilmu, mengeluarkan zakat 2,5 persen dari gaji, mendidik para mahasiswa dsb. Termasuk juga kesempatan melunasi utang-utang yang wajib saya bayar, maklumlah, namanya juga dosen alias Guru (Gaweane Utang Ra Uwis-uwis….kata Ustd Saijan saat beliau ceramah di MasKam UGM)

Kira-kira begitulah. Salam Patah Stang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline