Di tahun 2014 politik akan menjadi tema besar di Indonesia. Menarik untuk membicarakan apa yang akan terjadi di tahun ini dengan melihat apa yang terjadi pada tahun 2013. Dan pembicaraan yang paling menarik tentu soal tokoh-tokoh yang akan menjadi primadona politik. Jokowi dan Anies merupakan tokoh yang layak untuk diperbincangkan.
Tahun 2013 dilalui dengan mulus oleh Jokowi. Dia merajai di banyak survey yang dilakukan oleh berbagai lembaga survey atau konsultan politik. Boleh dibilang tahun 2013 adalah tahunnya Jokowi. Ungkapan yang paling menarik di tahun 2013 adalah seandainya dipasangkan dengan sandal jepit pun Jokowi akan menang. Ini tentu tidak lepas dari gaya kepemimpinan Jokowi yang merakyat, mau mendengar aspirasi rakyat secara langsung dan pembawaan pribadi yang luwes dan kadang terkesan kocak. Namun di sisi lain Jokowi juga mampu bersifat tegas ketika menghadapi anak buah yang dinilai kurang menunjukkan kinerja yang baik. Beberapa terobosan kebijakan Jokowi sebagai gubernur DKI Jakarta juga dinilai memberikan harapan baru bagi perbaikan Jakarta.
Cerita yang berbeda datang dari Anies Baswedan. Meskipun namanya sudah dikenal di dunia pendidikan baik di dalam maupun luar negeri, namun di dunia politik Anies bukanlah apa-apa. Setidaknya sampai pertengahan tahun 2013. Kesediaannya menerima tawaran dari Presiden SBY untuk mengikuti konvensi pemilihan Capres Partai Demokrat menjadi momentum awal namanya dikenal sebagai salah satu actor politik. Pidato politiknya pada acara pembukaan konvensi http://www.youtube.com/watch?v=omsc8KTFlIo, memikat begitu banyak orang.
Perlahan namun pasti nama Anies semakin dikenal. Setidaknya di dunia maya mulai ramai orang membicarakan Anies. Terutama kaum muda. Ini tidak lepas dari testimoni beberapa orang dan kerja-kerja sukarela yang dilakukan oleh para relawan turun tangan. Yang perlu dicatat juga adalah lahirnya ormas Barisan Nusantara, sebuah ormas yang mendeklarasikan diri sebagai pendukung Anies. Kegiatan 3000 KM Nyalakan Harapan, yaitu silaturrahmi ke beberapa tokoh lokal dan dialog dengan rakyat secara langsung di Jawa terbukti cukup signifikan dalam memperkenalkan Anies tidak saja di kalangan elit, tapi juga di kalangan masyarakat bawah.
Ibarat bunga, pada tahun 2013 Jokowi adalah bunga yang sudah mekar. Bunga yang keharumannya telah menyebar kemana-mana. Tidak hanya di dalam negeri, di luar negeri pun nama Jokowi lebih dikenal dibandingkan tokoh-tokoh tua yang telah mendeklarasikan diri sebagai Capres. Di awal tahun 2014, Anies ibarat kuncup yang sedang tumbuh.
Pernyataan ini bukan hanya isapan jempol. Beberapa hari ini menurut www.politicawave.com/nasional, unique user yaitu jumlah orang yang membicarakan Anies di media sosial mengungguli semua peserta konvensi dengan capaian sebesar 31.6%. Unique user ini berbeda dengan total buzz, sebab total buzz menghitung jumlah percakapannya, bukan jumlah orang yang mempercakapkannya. Sedikit unique user bisa membuat lebih banyak total buzz jika setiap unique user melakukan buzz secara terus menerus. Ukuran unique user ini lebih bisa menggambarkan kepedulian orang dibandingkan total buzz. Dibandingkan seluruh kandidat presiden, unique user Anies yang sebesar 18.504 pengguna tersebut menempati 14.6% dari seluruh pengguna yang disurvey. Angka ini hanya kalah dibandingkan Jokowi.
Sudah jamak jika kuncup tumbuh menjadi bunga. Bunga mekar lalu layu dan rontok. Sisa waktu di tahun 2014 hingga berakhirnya pemilihan legislative (pileg) membawa pertanyaan apakah yang akan terjadi pada bunga dan kuncup ini. Sebagaimana bunga yang suatu saat pasti layu dan rontok, apakah di tahun 2014 nanti popularitas dan elektabilitas Jokowi akan menemukan titik nadirnya?
Secara pribadi saya tidak berharap demikian. Saya berharap keharuman popularitas Jokowi akan terus berlanjut hingga setelah pileg. Sungguh saya membayangkan popularitas kedua tokoh ini akan terus meningkat dan kemudian keduanya berpasangan sebagai pemimpin di negeri ini. Melihat rekam jejak keduanya, mendapatkan mereka sebagai pasangan Capres-Cawapres bagai mendapat durian runtuh.
Namun acapkali kenyataan tidak seiring dengan apa yang kita harapkan. Bagaimana jika popularitas Jokowi benar-benar turun seperti yang diramalkan beberapa pengamat politik? Tidak perlu khawatir dan tak perlu risau. Kita sudah punya kuncup yang siap mekar dan menebarkan keharuman inspirasi kepada rakyat Indonesia. Anies Baswedan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H