Lihat ke Halaman Asli

Bersyukur Adalah Kunci Kebahagiaan Hidup

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan ini aku selalu mengeluhkan hidupku dan iri dengan apa yang dimiliki oleh orang lain. Seketika aku berubah menjadi sosok wanita yang egois, keras kepala dan sangat menjengkelkan. Tentu, itu sangat membuat orang sekelilingku tidak nyaman, dan yang paling merasakan dampak dari perubahan sifatku adalah orang terdekatku. "Mengapa dia tidak bisa seperti mereka?","mengapa tidak bisa begini?", semua yang dilakukannya selalu salah di mataku.

Aku merasakan ada sosok lain yang mengendalikan fikiranku, sosok gelap yang merubahku menjadi manusia yang jahat seakan berbisik,"kamu bisa memiliki apa yang kamu mau... tinggalkan saja dia... diakan cuma pacar, jauh jaraknya, belum punya kerja, jarang ketemu lagi. Siapa yang tahu dia disana lagi apa dan sama siapa. Gonta-ganti pacarkan itu biasa, asalkan suami nanti hanya satu". Namun hatiku seakan meronta,"jangan... lelaki sabar, setia, lembut dan rajin seperti dialah yang akan membuatmu bahagia". Pertengkaran hati dan fikiran pun terjadi dan menghasilkan dilema dalam hidupku. Hal ini merubahku menjadi sosok manusia yang emosional.

Sebulan sudah aku hidup tanpa jati diri, aku bukanlah aku. Aku melihat hanya dengan kedua mataku, menilai dari apa yang ku lihat, harta, tahta dan tampang itulah tolak ukurnya. Batinku terasa sangat terluka, seakan tercabik-cabik kemudian ditetesi perasan jeruk nipis. Benar sungguh kata pepatah musuh terberat dalam hidup adalah diri sendiri, ya... begitu perih rasanya terjajah oleh fikiran sendiri. Malam itu aku tidak bisa tertidur, jadi aku memutuskan untuk membaca buku rohani yang sudah lama tak aku sentuh. Sambil berdoa, aku memainkan lembaran bukuku. "Tuhan, berikan aku nasihatMu Tuhan...",kataku dalam hati sambil menutup mata dan menunjuk kearah satu halaman.

Halaman tersebut mengenai bagaimana kita harus bersyukur atas segala yang telah kita miliki. "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur", begitulah untaian kata yang aku dapatkan.  Tersentakku diikuti sesal atas segala sifatku. "Maafkan aku yang sempat melupakanMu Tuhan...jauh dariMu membuatku lupa akan artinya Bersyukur dan hidup dalam Pengharapan", kataku dalam hati.

Sejak saat itu aku belajar untuk mensyukuri apa yang telah aku miliki namun tetap hidup dalam pengharapan dimana dalam pengharapan tentu ada usaha dan kerja keras jua. Ora et Labora. Aku bersyukur memiliki teman terdekat yang panjang sabar, setia dan rajin dan saat ini harapan terbesarku adalah aku hanya ingin hidup dalam kesederhanaan, memberikan warna kebahagiaan bagi orang-orang di sekelilingku dengan apa yang aku miliki.

Ya, begitulah aku mendapatkan pelajaran yang paling berharga dalam hidupku bahwa Bersyukur adalah Kunci Kebahagiaan hidup. :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline