Lihat ke Halaman Asli

Bumi Semakin Menua

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bumi tempat kau dilahirkan

Bumi tempat kau dibesarkan

Bumi tempat kau menua dan mati

Bumi tempat anak cucu

Bumi tempat generasi penerus

Dan juga generasi sebelummu

Bumi telah ada sejak 4,6 milyar tahun yang lalu

Jelas... kini bumi semakin menua

Tidakkah kau harusnya semakin menjaga?

Tetapi mengapa disana-sini terjadi perusakan

Dengan ataukah tanpa sadar

Kejam...

Betapa kejamnya manusia...

Penyiksaan lahir dan batin menghujani bumi

Hutan-hutan mulai gundul

Berganti wajah bangunan pencakar langit

Berbagai jenis polusi mencekam bumi

Dari kendaraan, limbah pabrik serta nafas manusia

Warna-warni gunungan sampah

Dengan aroma yang menusuk hidung

tersebar dimana-mana

Berkilometer benda tajam menusuk daging bumi

Demi mengambil kandungan isi bumi

Ledakan demi ledakan dilakukan

Demi mempermudah cara

Sadarkah...

Bumi kini menangis

Perih, kecewa, dan terluka

Melihat ulah kita...

Tuhan memberikan akal fikiran untukmu,

Untuk menjaga bukannya merusak

Nyatanya manusia perusak bumi lebih kejam dari hewan buas...

Bumi semakin menua

Dia tidak sekokoh yang dulu

Banjir yang terjadi

Adalah bukti bumi yang menangis

Gempa yang terjadi

Adalah bukti bumi yang batuk

Angin Topan dan badai itu

bukti bumi yang terserang asma

Gunung-gunung yang memuntahkan laharnya

Bukti dari bumi yang muntah darah

Semua ulah manusia

Yang penuh ego dan serakah

Manusia penuh kepintaran namun berjiwa perusak

Kini bumi semakin menua dan penuh derita

Ulurkan tangan halusmu untuk menjaganya

Merawatnya hingga dia kembali sehat

Namun...

Jika hanya ingin merusak

Tidak perlu kau lakukan lagi

Kini bumi semakin menua

Hanya tinggal menunggu waktu

Hingga bumi kembali menjadi debu...

Dan kau manusia

Kaupun akan kembali menjadi debu

Mati dengan sejuta keserakahan

Sesalmu???

Sesalmu tidak berarti lagi...




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline