Lihat ke Halaman Asli

Bocah Berbaju Merah dan Kuning

Diperbarui: 25 September 2017   06:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

http://duhocquocte.us

Selasa sore di akhir agustus itu adalah sore yang cerah. Setelah  anak-anaknya siap, Maya lalu membawa mereka untuk mengikuti kelas bahasa  Inggris untuk anak-anak, yang di berikan oleh pak Robert,seorang  pengajar yang baru saja menyelesaikan pendidikan S-2nya di Australia.

Joel dan Joyce, anak-anaknya juga sangat antusias untuk mengikuti  kelas itu. Sepertinya aura pak Robert lebih memiliki medan magnet yang  lebih besar ketimbang dirinya yang kerap mencoba untuk memberikan  pendidikan bahasa Inggris di rumah dengan sedikit modal cuap-cuap yang  dimilikinya. Dengan alasan biar anak-anak bisa bersosialisasi dengan  kawan-kawan barunya, maka setiap hari Selasa Maya selalu meluangkan  waktu untuk mengantar dan menunggui mereka hingga selesai.

Angin kencang berhembus, meniup rambutnya dan hawa dingin seperti menusuk kulitnya. Ia lalu mengenakan jaketnya. "Sekarang sudah hangat," katanya setengah berbisik kepada hembusan angin. Ia lalu melanjutkan  bacaannya. Di halaman ketiga puluh, ia berhenti sebentar setelah sosok  dua anak mencuri perhatiannya. Bocah berbaju merah dan bocah berbaju  kuning yang memegang keranjang plastik. Dari balik pohon mereka saling  mendorong sebelum salah satu dari mereka berkata, "tanta, tanta mau beli  kue ko?"

Maya lalu teringat lembaran dua puluh ribuan di saku jaketnya, "kue  apa? Mari kesini," jawab Maya dengan tersenyum. Dan setengah berlari dua  bocah itu lalu menghampirinya.

"Ini tanta, yang bungkus pisang ini namanya kue lemet, yang  bulat-bulat ini namanya kue onde goreng dari ubi tanta, dan yang ini  tanta sudah tahu kan namanya?" kata bocah berbaju merah perlahan-lahan  sembari mengatur irama napasnya tak lupa senyum terus menghias wajahnya.

"Oh belum, itu kue namanya apa?"

"ah tanta son tahu ko ini kue pung nama?" kata bocah berbaju merah  yang sedari tadi mendominasi percakapan, dengan wajah dibuat terperanjat  dan dengan senyum menahan tawa.

Tentu saja itu kue pisang. Kalau di tempat kelahirannya pisang yang  digoreng itu selalu disajikan atau dijual berbonuskan sambal belimbing  atau sambal tomat yang digoreng, tapi tidak di tempat mereka tinggal,  pisang goreng tak bertemankan sambal.

Tangan anak yang berbaju kuning terlihat sedang mengambil buku Maya.

"Tanta suka baca buku?"

"Iya. Kalian suka tidak?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline