Maret 2022
Kaos putih bergambar kuning kesayangannya membalut tubuh kurus Purnama. Senyum khasnya tersungging dalam tidur panjang setelah mendekam di kamar mandi jelang tengah malam sampai subuh.
"Teh, sigana Bapa tos teu aya, "terdengar suara Isra menahan tangis. Nasima langsung memghambur ke kamar Purnama. Ia sedang melaksanakan sholat sunat dhuha saat mendengar ayahnya telah tiada. Mukena berbahan satin dengan bordir bunga setaman masih membalut tubuhnya.
"Bubur ayam kesukaan Bapak baru matang. Tadi Bapak menepis cangkir sebelum berbalik ke kanan. Abdi sempat ngatalqin, Bu,"kata Isra tanpa ditanya. Nasima menyelimuti tubuh Purnama dengan selimut biru tua. Ia sempat berkedik kesal melihat ibunya terisak. "Mengapa ibu menangis?" Tanya Nasima. Ia memeluk pundak ibunya yang tengah membaca Yasin di ujung dipan Purnama. Isra sudah pergi mencari imam masjid di belakang rumah. Prof Ahmad tetangga depan rumah terlihat berdiri dengan tongkatnya di depan pintu kamar Purnama. Tertatih-tatih menghampiri dipan Purnama.
Maret 2021
"Bapak hanya masuk angin, "sergah Purnama sambil bolak-balik ke tempat wudhu. Sejak menerima surat peringatan dari BSI, Purnama tak kuasa menahan desakan dari dalam perutnya. Ia muntah berkali-kali. Bulir-bulir keringat seukuran biji jagung membasahi kepala dan tubuhnya. Sudah tiga kali Nasima mengerok punggung Purnama.
"Teh, kita cari kelapa hijau aja ya. Mungkin Bapakmu keracunan makanan,"ujar Ruslan kepada Nasima. Tak lama berselang Ruslan tiba membawa kelapa muda. Pakaiannya basah kuyup kehujanan. Malam itu Nasima, Maryam, dan Ruslan bergantian menjaga Purnama. Sarah, ibunda Nasima dan Maryam sedang menyiapkan bahan presentasi.
"Ibu sudah pesan perawat homecare dari teman-teman Ismakes dan Teh Nura. Ini uang yang ibu punya. Insya Allah ibu akan terima honor nanti siang, "ujar Sarah sambil mengeluarkan selembar uang Rp50.000 dari dompetnya. Ia sudah memesan travel pukul 3 dini hari. Ruslan, adik bungsu Sarah sudah pamit piket di kantornya.
April 2022
"Testimoni tentang kebaikan Bapak dan bantuan yang terus mengalir selama Bapak.sakit membuat Aa sadar. Bapak memang sangat baik kepada teman-temannya, "Kalimat yang diucapkan Anwar adik laki-laki Nasima sepulang ziarah ke makam Purnama membuat wajah Sarah berseri. Tak.ada tangis saat iringan saudara dan sahabat mengantarkan Purnama ke tempat peristirahatan terakhirmya.
Sarah dan ketiga putra-putrinya menepati janji mereka.kepada Purnama. Surat hibah manfaat rumah kepada Yayasan SKI yang ditandatangani Purmama pada awal 2012 serta wakaf buku tebar ilmu yang diinisiasi Purnama sejak 2016 makin giat dijalankan oleh Sarah dan Nasima di daerah-daerah tertinggal. Sinar Purnama takkan pernah redup ditelan zaman.