Waktu sangat berharga harus selalu diisi
Belajar sungguh-sungguh belajar tugas kita
Penggalan lagu kanak-kanak ini mengingatkanku akan pepatah waktu adalah uang. Aktivasi Bintang Kecil pada sabtu lalu menumbuhkan pengalaman belajar yang sangat berharga.
Tak terasa sudah 3 jam berlalu sejak mengirimkan subuh call ke grup Rapekan Pandeglang dan menyapa 60 remaja pelopor kebaikan (Rapekan) satu per satu dengan voice notes. Respon cepat dari anak-anak menambah kebahagiaanku pagi ini. Benar dugaanku, anak-anak lebih senang menjawab sapaan dengan suara.
Menemukenali pola komunikasi dan interaksi dengan remaja sangat menantang. Apalagi sasaran program KerLiP dengan LBB Baznas ini keluarga mustahik. Perpanjangan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) membawa berkah tersendiri. Anak-anak mulai terbiasa dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Alhamdulillah meski tidak semuanya, anak-anak rapekan memanfaatkan whatsapp sebagai media bimbingan menjadi pelopor kebaikan.
Berbagai cara kami coba untuk meningkatkan interaksi menuju pembelajaran anak merdeka, bermutu, tanpakekerasan (Panutan) yang efektif bagi remaja putri dari keluarga mustahik di Pandeglang. Pada dasarnya hanya perlu menyediakan hati yang lapang dan berusaha memanfaatkan fasilitas yang tersedia dengan bijaksana.
Panutan dari Rumah
Peningkatan literasi dan karakter dengan panutan dari rumah bagi rapekan memerlukan strategi intervensi yang tepat. Para mentor perlu menurunkan target untuk membiasakan anak-anak rapekan Cara Asyik Cari Tahu (CACT) untuk pembelajar sejati. Setelah berhasil mengajak anak-anak merumuskan gagasan tentang Keluarga Ramah Anak mulai dengan Aku Tahu. Ternyata kami masih kesulitan mendorong anak-anak membuat 5W 1H. Akhirnya kami ajak anak-anak menyusun lembar inspirasi beragam anak (Libra) dari kegiatan sehari-hari di rumah.
Ragam cerita harian (ceria) yang dikirimkan anak-anak rapekan pada bulan pertama terdiri dari komik, poster, dan tulisan tentang kebaikan. Semula kami berharap dapat mengajak anak-anak Rapekan mencatat kebaikan setiap hari. Namun niat tersebut terkendala karena keterbatasan pulsa dan kuota internet. Akhirnya kami modifikasi dengan meminta anak-anak menulis ceria dengan satu paragraf per hari. Ternyata tidak banyak anak rapekan yang mengirimkan ceria. Kami pun mencoba model-model panutan dari rumah.
Aneka bincang petang (bintang) di akhir pekan kami gelar untuk mendorong partisipasi anak di wag rapekan. Ternyata hanya 1-2 anak rapekan yang merespon. Kami coba perkuat dengan mengirim pesan satu per satu. Alhamdulillah respon anak-anak menggembirakan. Meskipun belum bisa menumbuhkan kebiasaan menulis cerita harian, kami merasa sudah mulai memdapatkan kepercayaan anak-anak rapekan.
Kemudian kami mencoba lagi dengan memberikan contoh ceria dan menyerukan agar anak-anak menulis aksi baik menjadi pelopor kebaikan menuju Keluarga Cinta Lingkungan (Kecil) satu per satu. Alhamdulillah lebih dari 80% anak rapekan mengirimkan cerianya. Isi ceria mereka masih tentang kebaikan membantu orangtua di rumah.