Inspirasi menetes dari atas. Kalimat ini terngiang di benakku ketika menyaksikan transformasi kepemimpinan Federasi Guru Independen Indonesia (FGII). Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbud, Iwan Syahril, hadir dalam halal bihalal yang diselenggarakan DPP FGII untuk menyampaikan kebijakan Merdeka Belajar di masa pandemik COVID-18.
Paparan singkatnya tadi pagi dan jelang sore hari dalam webinar yang difasilitasi Prof Fasli Jalal menunjukkan komitmen Kemendikbud untuk menjadikan pendidikan sebagai tempat persemaian benih-benih kebudayaan sebagaimana dinyatakan Bapak Pendidikan Nasional kita.
Dirjen termuda yang ditunjuk Mas Menteri Nadiem dari kalangan profesional ini menegaskan bahwa transformasi kepemimpinan pendidikan sebagai program utamanya menghamba pada anak. Dan ini sejalan dengan asas ketujuh pemikiran pendidikan Ki Hadjar Dewantara.
Transformasi Kepemimpinan Perempuan
Perempuan mampu menjaga keberlangsungan organisasi ketika mendapatkan kepercayaan untuk memimpin. Masih lekat dalam ingatan ketika aku meminta beberapa pendiri FGII untuk mendorong Tety Sulastri maju sebagai calon Ketua Umum dalam kongres FGII di Hotel Beleza Jakarta.
Percepatan gerakan Sekolah Ramah Anak niscaya terjadi ketika organisasi profrsi guru mau mengerahkan anggotanya untuk menjadi penggerak di satuan pendidikan masing-masing. FGII dalam kepemimpinan Tety Sulastri membuktikannya. Sedikit dorongan ini pun memperluas kolaborasi FGII dengan multipihak membentuk jejaring organisasi pofesi perlindungan anak di Indonesia.
"Saya mengikuti arahan teteh. Oh ya, teh Yanti dengan KerLiP nya membawa saya dan FGII menjadi mitra Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Hari ini saya mengajak guru, kepala sekolah, pengawas, bahkan anak SD dari wilayah timur Nusantara yang masih tertinggal sesuai arahannya," kata Ketua Umum DPP FGII terpilih ini pada pembukaan diskusi pasca webinar dengan Dirjen GTK.
Aku dan Jamjam dari KerLiP memenuhi permintaannya untuk menjadi anggota Majelis Pertimbangan Organisasi FGII. Tety Sulastri membawa FGiI hadir dalam pelatihan fasilitator nasional SRA, Sosialisasi dan pelatihan SRA terutama di wilayah timur, Gerakan Indonesia Pintar, Sekolah Panutan di Riau, kampanye Belajar di Luar Kelas, dan yang terkini Semarak Indonesia Maju dari daerah tertinggal.
Rumah KerLiP dan DPP FGII menjalin kemitraan sejak mengawal UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Sebelumnya kami memfasilitasi Pelatihan Guru Kritis yang dilaksanakan bersama Koalisi Pendidikan di Cikupa Tangerang.
Kemitraan khas antara perkumpulan keluarga peduli pendidikan dan FGII makin menguat seiring dengan pembentukan TeKUN-Tim Advokasi Korban Ujian Nasional dan pelembagaan Education Forum pada 2006-2009. Tak mengherankan jika kami berkolaborasi dengan multipihak termasuk dalam mendukung kebijakan Merdeka Belajar termasuk pada masa pandemik COVID-19.
Perwakilan guru dari daerah tertinggal yang mendapat kesempatan bertanya kepada Dirjen GTK menyampaikan tantangan dan terobosannya menyiasati keterbatasan sarana prasarana pelaksanaan Belajar dari Rumah. Sementara itu, Agnes, murid SD dari Ambon membacakan surat yang ditulisnya untuk Mendikbud dengan dialek dan istilah daerah yang memikat hati. Dirjen GTK. Iwan Syahril pun meminta keduanya mengirimkan catatan tertulis.