Kemarin pas bergegas menuju Lintas Shuttle di Dewi Sartika lihat perempuan separuh baya sedang mengais sampah plastik di depan tulisan hijau samping gate II Kalibata City. Waktu sudah menunjukkan adzan magrib, mobil pesanan belum juga datang. Ada manggis Rp10.000/kg dan ubi rebus di depanku.
Laper juga nih.
Uang yang terselip di cangkang HP tinggal 3 lembar. Berikan. Jangan. Berikan. Jangan. Berikan, tapi dia ngga minta koq. Ragu sih. Tapi akhirnya tak kuasa melihat perawakannya yang mungil dan kurus dengan muka lusuh kelelahan.
"Maaf, Bu. Hanya sedikit. Semoga cukup untuk makan ya, " bisikku pelan sambil menyempilkan 3 lembar uang kertas yang tersisa.
"Jangan, Mbak. Saya bisa jual ini koq untuk makan, " jawab perempuan itu dengan suara bergetar. Tangannya bergerak menolak pemberianku.
"Maaf, ya, Bu. Saya hanya ingin berbagi sedikit saja untuk membeli manggis dan ubi rebus, " ujarku sambil menyeret koper mendekati mobil pesanan yang hampir tiba.
Jalan layang Kalibata padat merayap. Mobil yang membawaku hampir tak bergerak.
"Mbak, pindah naik ojek saja, ya. Insya Allah sampai ke lokasi tepat waktu, " ujar sopir ojol. Santun sekali.
"Ngga apa-apa, Pak. Saya bawa banyak tas berisi buku-buku. Tadi agak ragu pulang karena putri saya tiba-tiba pilek. Aku menjawab sambil sesekali melihat pesan. Khawatir juga dengan adanya pasien Corona dari Depok.
Semoga hanya flu biasa, ya Nak.
"Mbak Sri sudah dimana?" Tanya petugas Lintas di telpon.
"Saya sudah dekat lampu merah Dewi Sartika dari arah Kalibata, " jawab saya.
"Baik, kami tunggu 5 menit ya, " suara santunnya memikat hatiku.
"Sudah pukul 18.30. Macet parah ya, Pak. Ajaib sekali kalau bisa tiba di poolnya dalam 5 menit, " ujarku pada pak sopir.
"Sebenarnya kalau ngga macet, hanya 10 menit dari Kalibata City, Mbak, " jawabnya pelan.
Duk!
Tiba-tiba mobil di belakang menabrak mobil ojolku.
Hmmm...udah pasti telat nih.
Pak sopir turun dan menegur sopir mobil di belakang. Tanpa hardikan. Ah, memang santun ya.
"Lumayan juga, Bu. Tapi anak muda di belakang baik banget. Ini kartu namanya. Nanti kami selesaikan baik-baik, "katanya tanpa ditanya.
"Bagaimana, Bu? Sudah sampai dimana?" Suara perempuan dari Lintas kembali menelponku.
"Kelihatannya ngga mungkin terkejar, Mbak. Ditinggal aja. Saya pesan jadwal berikutnya ya, "jawabku pasrah.