Macet 2 jam di Ciwastra itu sesuatu banget. Apalagi.melewati 2 waktu shalat. Rupanya sungai meluap, banyak genangan cukup dalam yang membuat kami tak bisa menepi di tengah macet total.m jalan Ciwastra. Terpaksa ambil ruhsoh dilaksanakan sambil duduk. "Semoga mobilnya ngga mogok ya. Sedan rendah begini masuk ke genangan tinggi selutut, "Z mulai khawatir. Aku dan adikku komat-kamit wirid meminta pertolongan Allah Yang Mahakuasa.
Alhamdulillah hari ini kami resmi jadi enin aki. Keponakan baru melahirkan bayi mungil pada 11 Februari. Istri kakaknya malah sudah punya bayi berusia sebulan. Aku, adik ipar, dan adikku bergantian menggendong Hauna, bayi mungil yang tidur nyenyak. Kami tak lama di rumah mereka karena banyak tamu jauh teman kuliah ibunya di UGM datang menengok.
Hari ini hari keluarga buatku dan adikku. Kendaraan renta yang disopiri Z melaju ke rumah kakak nomor 2. Wah roti kesukaanku sudah menunggu. Adlin, putri kedua kakak sedang sibuk menggoreng tempe tepung. Rula, adiknya baru keluar dari kamar mandi.
Sementara itu Kakak dan adikku mengobrol di teras depan sambil merokok. Rayyan putra adikku mulai main game di HP ibunya bersama Rula. Z dan A tiduran di atas karpet.
"Hayu masuk, Nggi!" Seru kakakku tertahan. Anggi putri sulungnya datang bersama teman perempuannya. Alu menghampiri anak gadis yang sudah beranjak dewasa itu.
"Aa, teman berantem waktu kecilnya datang tuh!" Ujar adikku. Z sudah mulai tertidur di kursi empuk.
"Lho. Anggi mau langsung pulang? Bi teteh sengaja menunggu lho!" Seruku sambil berlalri menghampiri motor yang dinaiki keponakanku. Aku bertelanjang kaki tak hiraukan panas aspal terbajar matahari.
Apa daya, Anggi memutuskan kembali pulang bersama temannya. Kakak, adik, dan aku menghela nafas panjang. Kami bertiga mencoba introspeksi dengan kejadian barusan. Ya, Anggi menolak masuk ke dalam rumah papahnya bahkan berbalik pulang sambil menangis.
Tak lama kemudian hujan deras disertai angin kencang datang. Kami cukup lega menerima kabar dari Anggi. Dia dan temannya sudah tiba di rumah sebelum hujan lebat turun. Aku berkali-kali meminta maaf melalui wa karena tidak cukup memahami keponakan yang satu ini. Minta maaf karena kurang perhatian dan tidak mengerti.sejak ibunya memutuskan bercerai meninggalkan kakakku. Anggi pun diasuh oleh menek dari ibunya.
Cukup lama kami menunggu hujan reda. Aku sempat mendiskusikan usaha baru Z dan kakaknya yang didukung Rumah KerLiP Dago dan Takalar. Sungguh kehormatan jika bisa bersama Tumbuh Kembang Mandiri bersama adik dan kakakku tersayang. Kami, 8 kakak beradik yang tumbuh dengan didikan keras ibunda. 2 dari saudara kami sudah meninggal sebelum beranjak dewasa. Alhamdulillah kami hodup mandiri bersama keluarga masing-masing.
"Ayo, Bu, kita pulang sekarang!" Ujar Z sambil melipat sajadah. Waktu sudah hampir pukul 13.30. Z tertidur cukup pulas setelah makan lotek dan tahu Cibuntu yang lembut mengundang selera.