Lihat ke Halaman Asli

Yanti Sriyulianti

Berbagilah Maka Kamu Abadi

Fitry Pembelajar Merdeka Siap Tumbuh bersama Calon Ecosocpreneur Muda

Diperbarui: 30 Agustus 2019   05:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

"Tulisannya bagus, hanya saja alurnya masih campur aduk. Sepertinya penulis ingin menumpahkan pengetahuan dari berbagai literatur dalam satu artikel. Menurut teteh, artikel ibu lebih fokus, tidak membuat lelah pembaca. Ibu tahu kapan mengakhiri tulisan,"kata Fitry setelah membaca artikel kompasiana yang saya sodorkan. Fitry sedang asyik membaca cerita horor di sela-sela kegiatannya menyiapkan bahan untuk pertemuan perdana dengan Bu Nia, 1 September 2019.

"Alhamdulillah, bertahun-tahun ngeblogging untuk setiap isu yang sedang dikawal KerLiP ternyata mengasah ibu untuk memilih kata-kata yang lebih sederhana. Sebelumnya ibu menulis artikel sebanyak 750 kata atau 3.000 karakter sesuai ketentuan Kompas. Saat ngeblog terkadang merasa kehilangan kesadaran kritis, Teh. Namun, saat menjelaskan kepada sahabat-sahabat KerLiP ibu menyadari mulai terbiasa "easter egg" dalam tulisan ibu, "jawab saya. Mata dan hati saya masih  takjub membaca tulisan-tulisan terpopuler para kompasianer.

Learning by Doing

Fitry mengenalkan istilah "easter eggs"  saat kami menulis dan mengedit Ensiklopedia Lintas Sejarah Indonesia (ELSI) dalam literasi visual yang diterbitkan Binar Pustaka. Anak-anak adalah guru terbaik bagi saya saat menyelenggarakan homeschooling.bersama.

Fitry memutuskan menjadi pembelajar mandiri di kelas XI. Ia menjadi lulusan pertama Sandi Kerlip dan melanjutkan kuliah di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI).

Kegemarannya membaca komik dan menonton anime turut mengasah kemampuan literasi visual yang diminatinya sejak kecil. Salah satu masterpiecenya adalah Buku ELSI jilid 7 yang berisi lintas sejarah kebangkitan bangsa dalam infografis.

Foto Fitry (paling kanan) mewakili Indonesia dalam WCDRR di Sendai Jepang bersama Sri Renani dari Kemendikbud, Allisa Putri Maryam, dan Nabila Ishma

Fitry mengembangkan platform Pendidikan Anak Merdeka dengan meramu pengalaman belajarnya. Ia memutuskan membuka Sandi Kerlip dan bersiap tumbuh bersama para calon ecosocpreneur muda.

Tujuannya sangat mulia. Ia ingin membantu saya untuk memanfaatkan sumber daya  yang ada sambil mendukung upaya Nurlinda Taco, memimpin Yayasan Sigap Kerlip Indonesia.

"Insya Allah 30% dari pendapatan teteh dihibahkan untuk mendukung rencana ibu bersama Kak Linda membuka pesantren kebangsaan bagi anak yatim dan dhuafa di Kabupaten Mamasa. Teteh sudah bertekad untuk menyisihkan dana sebesar Rp1.000.000 dari setiap peserta didik Sandi Kerlip selain Anak Tangguh peserta gerakan KUAT,"imbuh Fitry.

Bahagia sekali mendengarnya. Sudah lama saya mengajak Fitry untuk tumbuh bersama KerLiP.  Rupanya ia merasa cocok dengan Nurlinda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline