Lihat ke Halaman Asli

ASI, Pandangan Kesehatan dan Islam

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Air Susu Ibu (ASI) yang merupakan anugrah Ilahi untuk pertumbuhan bayi kini semakin tergeser oleh penggunaan susu formula. Penyebabnya adalah semakin meningkatnya angka partisipasi angkatan kerja perempuan, kuatnya penetrasi iklan susu formula beserta distribusinya hingga ke desa-desa disertai budaya modern yang mempengaruhi ibu menyusui sesegera mungkin menyapih anaknya. Pentingnya penggunaan ASI itulah sehingga dipandang perlu dibuatkan RPP Pemberian ASI pada yang akan berlaku secara nasional dan Peraturan Daerah yang berlaku dalam wilayah Sulawesi Selatan, agar ASI tidak tergantikan oleh susu formula.

Mengutip DR Abdul Basith Jamal & DR Daliya Shadiq Jamal (2011), beberapa pusat penelitian  telah banyak mengadakan eksperimen untuk membuat ASI tiruan, melalui uji coba bahan-bahan kimiawi yang disuntikkan ke dalam kelenjar susu pada beberapa binatang menyusui. Maksud dari eksperimen ini, adalah untuk membuat susu buatan yang memiliki kandungan kimiawi yang sama dengan susu murni (ASI). Dan hasilnya, seperti yang kita dapatkan sekarang ini, di pasaran banyak terdapat susu buatan yang dijual di toko-toko, baik untuk komsumsi bayi, maupun anak-anak, bahkan untuk orang dewasa.  Namun para ilmuwan berdasarkan penelitian yang mereka lakukan menegaskan, bahwa susu buatan mustahil dapat menggantikan fungsi susu murni, karena kandungan yang dimiliki keduanya tidak bisa sama persis. Tentunya, pengakuan di atas, menunjukkan kegagalan susu buatan dalam memainkan perannya sebagai pengganti susu murni (ASI).

Sebagai anugerah Ilahi, ASI merupakan bahan makanan terbaik untuk bayi karena memiliki kandungan semua zat gizi yang diperlukan bayi dalam masa enam bulan pertama sejak lahir. Pemberian ASI juga lebih fleksibel karena ibu bayi dapat memberikannya walau sedang dalam keadaan sakit, haid, bepergian atau tidur. Jadi ASI selalu siap untuk diberikan pada bayi dan tidak memerlukan persiapan juga tidak membutuhkan biaya alias tidak dibeli. Bisa dibandingkan dengan susu formula yang harus memerlukan persiapan waktu untuk menyajikannya dan mengeluarkan uang untuk mendapatkannya.

Kandungan zat gizi ASI seperti adanya protein dan lemak, mengandung laktosa dan vitamin, ada zat besi, garam, kalsium dan fosfat serta memiliki kandungan air yang cukup sekalipun berada pada iklim panas.  ASI memiliki kandungan protein dan lemak yang tepat untuk kebutuhan bayi dalam jumlah yang pas. Kandungan laktosa (gula susu) ASI juga sangat tepat untuk kebutuhan bayi disamping kandungan vitamin sehingga tidak perlu lagi menyediakan vitamin tambahan selama enam bulan pertama.

Besarnya faedah ASI bagi bayi baru lahir menyebabkan potensi terkena penyakit diare lebih kecil dibandingkan dengan bayi yang diberikan susu formula. Demikian pula gangguan kesehatan lainnya seperti gangguan saluran pernafasan dan telinga tengah serta  penyakit infeksi lainnya.

Imunitas bayi pengkonsumsi ASI terhadap penyakit infeksi disebabkan oleh ASI bebas bakteri sehingga terjamin kebersihannya. ASI juga mengandung antibodi (zat kekebalan) imunoglobulin terhadap bakteri infeksi yang membantu bayi terlindungi dari ancaman penyakit infeksi hingga sang bayi bisa memproduksi sendiri antibodinya. Kandungan sel darah putih (leukosit) dalam ASI juga turut membantu mencegah penyakit infeksi pada bayi.

Didalam ASI juga terdapat zat yang disebut faktor bifidus yang membantu bakteria khusus yaitu laktobacillus bifidus, tumbuh dalam usus halus bayi. Laktobacillus bitidus inilah yang mencegah bakteri berbahaya yang dapat menyebabkan diare. Kandungan laktoferin dalam ASI juga turut membantu mencegah pertumbuhan beberapa bakteria berbahaya.

Keuntungan bagi ibu yang menyusui bayinya dengan ASI dapat membantu menghentikan pendarahan setelah melahirkan serta membantu mencegah kehamilan berikutnya. Keuntungan psikologis sangat baik bagi ibu dan bayi karena dapat terbangun hubungan ikatan secara emosional. Hubungan psikologis yang baik antara ibu dan  bayi kelak membantu kecerdasan emosional sang anak ketika memasuki dunia pendidikan. Menyusui bagi ibu bayi tidaklah membuat payudara menjadi jelek dan kurang menarik lagi bagi suami.

Menurut Abd-Alda'em Al-Kheel, banyak studi yang dilakukan di tiga puluh negara menunjukkan ibu yang menyusui bayinya kurang terkena kanker payudara. Rahim melebar dua puluh kali selama kehamilan dan melahirkan. Penelitian menunjukkan menyusui bermanfaat untuk membantu rahim kembali ke ukuran normal. Sebaliknya ibu yang tidak menyusui bayinya ukuran rahimnya tetap lebih dari batas normal. Selain itu, menyusui juga melindungi dari kanker rahim. Penyusuan alami membantu ibu untuk mengurangi berat badannya dan melindungi dirinya dari kegemukan. Bahkan ia juga bekerja sebagai analgesik alami rasa sakit bagi ibu juga. Penyusuan alami juga membantu ibu dan anak untuk tidur nyenyak.

Bagi bayi, ASI lebih mudah dicerna dan tidak pernah basi. Meski ibu bayi tidak menyusui anak bayinya beberapa hari, ASI tetap hangat dan tidak mengenal basi. Bandingkan dengan susu formula yang sudah pasti basi bila tidak segera dikonsumsi dalam waktu tertentu.  ASI juga mengandung enzim khusus (lipase) yang mencerna lemak dan mempercepat pertumbuhan anak hingga tahun kedua sejak lahir.

Penelitian menunjukkan bahwa sistem kekebalan bayi tumbuh lebih cepat ketika ia diberi susu ibu. Hal ini disebabkan dalam air susu ibu mengandung unsur kekebalan yang disebut "mucins" yang mengandung banyak protein dan karbohidrat. Mucins berfungsi menghilangkan ancaman serangan kuman penyakit dari tubuh bayi tanpa efek samping. Sedangkan imunoglobulin juga turut membantu bayi selama tiga bulan pertama untuk melindungi tubuh dari serangan kuman.

Meski demikian, ditengah masyarakat masih tumbuh pemahaman yang keliru tentang ASI. Misalnya pemahaman, apabila mengkonsumsi bumbu masakan yang keras mengandung cabai, dapat mempengaruhi rasa ASI. Memang terkadang, kandungan ASI tidak selalu sama karena terdapat keragaman jenis makanan yang dikonsumsi sang ibu bayi. Keragaman jenis makanan adalah termasuk kategori keragaman yang normal dan jarang mengganggu kesehatan bayi.

Pandangan Islam

Manfaat ASI telah disebutkan dalam Al Quran, "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu." (QS   Luqman: 14).

Dengan demikian, sejak 14 abad yang lalu masyarakat Muslim telah mengenal pengetahuan akan manfaat ASI bagi kesehatan bayi. Perintah menyapih anak dalam dua tahun relevan dengan temuan ilmiah tentang manfaat ASI. Misalnya dalam tulisan  Rex D. Russell, “Design in Infant Nutrition” (http:// www. icr.org/pubs/imp-259.html). Russell mengatakan bahwa menyusui bayi selama dua tahun setelah kelahiran sungguh amat bermanfaat.

Para ilmuwan dibidang kesehatan awal Abad 20 sepakat bahwa makanan sempurna untuk bayi adalah air susu ibu. Riset selama setengah abad,  para ilmuwan menemukan manfaat baru dari susu ibu bahwa ASI memberikan kekebalan tubuh terhadap berbagai bakteri dan virus.  Para ilmuwan menemukan bahwa jumlah bakteri dalam usus bayi yang diberi susu sapi adalah sepuluh kali lipat lebih banyak daripada yang ada dalam usus bayi yang diberi susu ibu. Rekomendasi para ilmuwan tersebut kemudian diadopsi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Bagi masyarakat Islam, anjuran penggunaan air susu ibu sudah diperintahkan Al-Qur’an empat belas abad yang lalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline