Lihat ke Halaman Asli

Gempa 11 Maret Jepang dan Epidemi Penyakit

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13011197881589060982

[caption id="attachment_96896" align="alignright" width="274" caption="Peta lokasi gempa 11 Maret 2011 di Jepang"][/caption] Gempa dahsyat mengguncang wilayah Jepang pada Jumat 11 Maret 2011, pada pukul 14.53 waktu Jepang. pusat gempa terjadi di wilayah Sanriku Oki  Prefektur Miyagi dengan ordinat 38.0 LU dan 142.9 BT pada kedalaman 20 km dan skala 8.4 JMAI (skala seismik Badan Meteorologi Jepang semacam Skala Richter). Gempa-gempa susulan bermagnitude lebih kecil masih terjadi berkali-kali. Gempa 11 Maret 2011 adalah gempa terbesar dalam 20 tahun terakhir dengan korban ribuan jiwa meninggal dunia. Akibat gempa itu, tsunami terjadi pada beberapa wilayah pantai timur Jepang hingga ketinggian lebih dari 6 meter. Wilayah yang tergolong parah adalah Prefektur/Provinsi Miyagi, Pref. Iwate, Pref. Fukushima, Pref. Shizouka, Pref. Tokushima, Pref. Aomari, Pref. Ibaraki, Pref. Chiba, Pulau Izu dan Pulau Ogasawara. Kota Miyako dan Kamaishi dilaporkan mengalami gelombang tsunami tertinggi dengan ketinggian lebih dari 4 meter sampai 6.8 meter. Sementara kota-kota lainnya berkisar antara 3 meter hingga 4 meter. Meski gempa 11 Maret di Jepang berskala 8,8 Magnitudo (M), menurut badan metereologi Jepang atau 8,9 M, menurut USGS, reaksi kebanyakan orang-orang Jepang tetap tenang. Sikap tenang orang Jepang karena sudah terbiasa dengan bencana gempa bumi, dilatih sejak kecil untuk menghadapi bencana gempa bumi dan percaya pada teknologi konstruksi antigempa yang diterapkan pada semua bangunan (tempat tinggal dan tempat bekerja) orang Jepang. Bahkan sebuah sumber mengatakan bahwa pulau Honshu di Jepang sebenarnya terbentuk dari tumbukan dua lempeng tektonik Eurasia dan Amerika Utara yang menggenapi empat lempeng tektonik yang "menyangga" Jepang. Selain gelombang tsunami, akibat kebocoran pembangkit listrik tenaga nuklir, warga di Jepang terancam kematian akibat radiasi nuklir. Pemerintah Jepang pada awalnya mengumumkan tidak adanya kebocoran pada reaktor nuklir, namun setelah meninjau pembangkit listrik yang rusak ditemukan PLTN di wilayah Fukushima mengalami kebocoran akibat guncangan yang ditimbulkan oleh gempa sehingga menyebabkan kerusakan pada pendinginnya. Gempa 11 Maret mengakibatkan generator diesel yang digunakan untuk mendinginkan reaktor ikut padam. Televisi NHK melaporkan reaktor nuklir 1 di Fukushima Daiichi meledak menyebabkan empat orang pekerjanya dilaporkan terluka. Ada tiga reaktor nuklir Fukushima, pembangkit milik perusahaan Tokyo Electric Power Corp (Tepco) yang dirancang otomatis padam saat terjadi gempa. Tiga reaktor nuklir Fukushima Daiichi menghasilkan 2,03 juta kilowatt berlokasi di lautan Pasifik di wilayah Fukushima, wilayah yang berada pada sebelah utara kota megapolitan Tokyo. Sementara tiga reaktor nuklir di perusahaan Tohoku Electric Power di Onagawa, Miyagi dekat pusat gempa otomatis padam. Sejauh ini belum ada laporan kebocoran bahan radioaktif di Miyagi dan dikabarkan perusahaan energi yang mengoperasikan pembangkit nuklir di Jepang menyatakan fasilitas mereka beroperasi normal. Pemicu ledakan pada reaktor nuklir Fukushima Daiichi diduga terjadinya percampuran hydrogen dengan oksigen akibat kebocoran atap gedung reaktor yang retak akibat guncangan gempa 8,9 SR. Keretakan atap gedung reaktor memicu suhu dalam pembangkit berubah sehingga pendingin yang berguna menjaga batang bahan bakar (fuel rods) tidak berfungsi. Pendinginan dengan air menyebabkan hidrogen terpapar dengan batang fuel rods. Namun berbeda dengan dua fasilitas pembangkit listrik di daerah timur laut Jepang yakni Pembangkit listrik Fukushima Daini dan Fukushima Daiichi, sekitar 240 kilometer utara Jepang. Pukul 06.30 pagi waktu setempat terdengar ledakan dari Tepco yang diduga berasal dari reaktor nomor 1 yang berada di Fukushima Daiichi. Kedua pembangkit itu mengalami masalah dari unit sistem pendinginan setelah terguncang gempa berkekuatan 8,9 skala Richter menyebabkan temperatur air pendingin pada reaktor meningkat di atas 100 derajat Celcius. Kemudian Perdana Menteri Jepang Naoto Kan mengumumkan keadaan darurat nuklir sesuai dengan prosedur standard di Jepang ketika sistem pendinginan reaktor nuklir mengalami kerusakan. Untuk mencegah korban radiasi nuklir, kantor berita Kyodo mengabarkan Pemerintah Jepang telah melakukan evakuasi sekitar 20.000 warga yang tinggal dalam radius 3,2 kilometer dari reaktor nuklir. Sementara penduduk dalam radius 10 km diharapkan untuk mengevakuasi diri sendiri karena materi radioaktif dari reaktor bocor diperkirakan tertiup angin ke arah laut. Negara Jepang memiliki pembangkit nuklir terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat, dan Prancis. Jepang memiliki 53 unit setara dengan 46,236 Megawatt, sementara Amerika Serikat memiliki 104 unit, dan Prancis 59 unit. Di kawasan Asia, Jepang dan Korea Selatan (20 unit reaktor nuklir) adalah pemilik reaktor nuklir terbesar. Selain Jepang dan Korea Selatan, Cina adalah adalah negara lainnya di Asia dengan 13 reaktor nuklir yang beroperasi dan 25 reaktor nuklir sedang dalam tahap pembangunan. Cina mengklaim fasilitas nuklir yang dibangun menggunakan teknologi baru dan relatif lebih aman dari teknologi nuklir yang dikembangkan di Jepang. Penyakit Akibat Radiasi Berdasarkan penelusuran pustaka, efek dari radiasi nuklir yang bocor tergantung dari besar kecilnya kebocoran yang terjadi. Dampak dari radiasi yang pasti dapat mengancam semua mahluk hidup, termasuk manusia. Efek radiasi ini dapat berlangsung dalam masa yang lama hingga 20 tahun setelah kejadian, bila berkaca pada bencana Chernobyl. Radiasi nuklir adalah radiasi pengion dengan aktivitas jenis lebih besar daripada 70 kBq/kg atau 2 nCi/g (tujuh puluh kilobecquerel per kilogram atau dua nanocurie per gram). Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency) menetapkan patokan dasar untuk suatu zat dapat disebut zat radioaktif adalah angka 70 kBq/kg (2 nCi/g). Pencemaran zat radioaktif adalah salah satu jenis pencemaran lingkungan yang berbahaya bagi semua makhluk hidup. Pencemaran jenis ini akibat terjadinya ledakan reaktor-reaktor atom atau bom atom sehingga menimbulkan debu radioaktif. Segala bahan dan peralatan yang telah terkena zat radioaktif yang tidak dapat digunakan lagi disebut limbah radioaktif. Sementara debu radioaktif dapat menyebabkan kesakitan hingga kematian. Bila melihat pada bencana Chernobyl Ukraina pada 26 April 1986, dilaporkan sekitar 4000 orang tewas akibat pencemaran zat radioaktif. Korban yang tewas adalah yang terkena sindrom akut radiasi (ARS). Namun diperkirakan korban pencemaran zat radioaktif Chernobyl berkisar antara 93 - 200 ribu jiwa. Bagi korban yang masih hidup bergulat dengan berbagai penyakit akibat paparan radiasi nuklir. Salah satu penyakit yang paling banyak dilaporkan adalah penyakit kanker, utamanya kanker tyroid. Angka resmi dari WHO adalah 9.000 orang mengalami kematian, dan sekitar 4.000 kasus kesakitan akibat kanker tiroid. Ada beragam penyakit yang ditimbulkan akibat radiasi nuklir seperti penyakit leukimia, katarak, pusing-pusing, gangguan metabolisme hingga gangguan kesuburan/gangguan kehamilan. Terkait gangguan kesuburan/gangguan kehamilan belum terkonfirmasi dengan pasti sebagai efek dari radiasi zat radioaktif. Gangguan kesehatan dari radiasi nuklir menyebabkan daya tahan tubuh berkurang akibat berkurangnya sel darah putih sehingga mudah terserang penyakit. Ragam penyakit tersebut adalah efek tak langsung dari radiasi sebagai korban kesakitan. Selain kanker tyroid, ancaman penyakit kanker tulang dapat mengancam korban akibat dari pencemaran zat radioaktif kategori 90SR. Kategori 90SR adalah partikel-partikel neutron yang dihasilkan zat radioaktif. Efek lain pada diri manusia yang terkena radiasi nuklir menimbulkan ciri ciri langsung seperti pusing, diare, deman atau suhu badan naik, nafsu makan hilang, dan denyut jantung atau nadi meningkat. Ciri-ciri diatas lambat laun menyebabkan kanker darah/leukimia hingga menyebabkan berat badan turun. Sedangkan pada makhluk hidup lainnya seperti tumbuh-tumbuhan dan hewan akan terjadi mutasi gen akibat pola reaksi kimia yang merusak sel-sel tubuh makhluk hidup itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline