Lihat ke Halaman Asli

Alunan Seruling Merdu

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Fajar telah menyingsing di ufuk timur. Tanda hari baru pun tlah tiba. Sang ksatria membuka mata. Bersiap menyambut hari baru penuh makna. Hari ini rencana perjalanan menuju lembah bermega. Tempat Indah untuk memulihkan tenaga dan kehausan raga. Angin bertiup sangat lembut. Menyapu wajah yang kaku. Daun-daun menari silih berganti. Mengalunkan lagu yang menawan hati. Air mengalir lembut di sungai kecil. Menghanyutkan daun-daun yang tlah mati. Sinar mentari memantul di air bening. Memancarkan kristal Indah berseri. Burung-burung pun ikut bernyanyi. Ria hati menyapa pagi.

 

Air mengkristal di ujung daun. Terkadang jatuh tertiup angin. Perlahan berderai membasahi bumi. Menyirami tanah ibu pertiwi. Lelah kaki tlah berjalan, sang kstaria pun duduk di bawah pohon rindang. Tampak jauh seseorang mendekat. Rupanya sang gembala sedang merapat.  Sambil berjalan menggiring kawanan domba. Tak lupa seruling bambu pun dibawa. Tak lelah hati sang gembala bekerja. Walau kepastian tak kunjung tiba. Tapi semangat tetap menyala.

 

Tiba waktunya sang gembala jeda. Melepas lelah menggiring domba. Duduk santai di bawah pohon ara. Sambil memandang kawanan domba. Saatnya untuk melipur lara. Seruling pun ditiupkan kan segera. Perlahan terdengar suara merdu mengalun. Membuat hati serasa berayun. Kelopak mata pun mengatup lembut. Sebagai tanda ikut terhanyut.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline