Detik-detik jelang Pemilu, kami saling tanya dengan anak-anak tentang pilihannya. Masing-masing anak yang sudah punya hak pilih berpendapat tentang pilihannya. Menurut mereka pilihan capres yang dipilih karena ada alasan yang mendasar. Pendapat pun berbeda. Pilihan caleg juga begitu.
Malah anak menantu nyelutuk dari dulu pilihannya ya itu besok ya itu. Saya pun penasaran.
"Siapa sih," tanya sang Suami
"Kamu,"ucap istrinya sambil cengar-cengir.
Wah wah malah ke sana kemari. Nglantur itu.
Dari pembicaraan anak-anak dan menantu ternyata banyak perbedaan. Saya dan suami pun juga berbeda pandangan tentang capres. Jadi, kami satu keluarga beda pilihan. Tak ada paksaan satu sama lain. Suami juga tak memaksakan kehendak untuk memilih capres sesuai pilihannya.
Walaupun pilihan berbeda, tak ada yang ngotot bahwa pilihannya terbaik. Tak ada debat seru antara kami satu keluarga besar. Menyampaikan pendapat juga slow saja. Saya pun bersyukur atas sikap anak-anak. Mereka tak mempermasalahkan perbedaan. Berbeda itu indah. Biarlah ada perbedaan yang penting tidak golput.
Harapannya pemilu berjalan lancar dan damai. Itu saja. Siapa pun yang terpilih akan menjadi pemimpin yang amanah agar masyarakat makmur dan sejahtera.
Berbeda pilihan boleh, hati tetap bersatu. Jangan sampai karena perbedaan keluarga terjadi percekcokan yang berujung permusuhan. Yang utama kami menggunakan hak pilih dengan baik dan jujur.
Mari kita ciptakan pemilu dengan penuh tanggungjawab agar kita bisa menjadi warga negara Indonesia yang sejahtera dan makmur.
Bagaimana dengan keluarga kompasiner? Apa pun pilihan kita, keluarga tetap bersatu.